Sebagaimana yang diketahui oleh banyak publik, penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam menghasilkan sebuah karya seni sudah menjadi topik yang kontroversial terutama bagi para mahasiswa atau lulusan desain grafis dan para kreator seni lainnya. Kehadiran AI pada dasarnya bukan sebuah ancaman yang signifikan selama tidak digunakan sebagai bahan plagiarisme, sebaliknya selama AI digunakan sebagai sebuah alat yang mendukung dalam generasi ide maka AI akan berfungsi sebagai pendukung.

Pada era industrialisasi 4.0 yang akan beralih menuju 5.0, Teknologi dan Informasi telah berkembang dengan cepat. Pesatnya perkembangan digital memberikan manfaat dan tantangan baru bagi manusia untuk berkembang dan berinovasi dalam mengahdapi tuntutan. Manusia kini hidup berdampingan dengan AI yang menjadi salah satu sumber utama dalam kreatifitas dan pencarian informasi, baik untuk bekerja ataupun kebutuhan pribadi.

Kemampuan generatif AI dalam menghasilkan karya seperti video hanya dari sebuah gambar dan beberapa prompt teks memungkinkan pembuatan video hanya dengan beberapa perintah sederhana. Terdapat beberapa perusahaan dan pihak yang telah mengembangkan Ai untuk penggunaan komersil seperti GPT dengan Chatbotnya dan OpenAI dengan adanya Sora yang dapat membuat sebuah video beresolusi tinggi 1920x1080p sesuai dengan kebutuhan device yang ditargetkan.

AI memungkinkan seseorang untuk menjelajahi gagasan yang dapat memakan waktu karena adanya kompleksitas dalam penjabaran ide. Menurut Dr. Ranti Rachmawati, M.Hum., selaku dosen S1 Seni Rupa, Fakultas Industri Kreatif (FIK) Tel-U, AI akan membuka pintu industri kreatif bagi para Generasi Z yang belum dicapai sebelumnya, dengan adanya kolaborasi tersebut memperluas kemungkinan kolaborasi dengan AI. 

Salah satu Kuliah Umum yang pernah dilaksanakan oleh Universitas Dian Nusantara mengenai penggunaan AI dalam pembelajaran yang dibawakan oleh Ibu Nani Teig, Ph.D bahwa AI dapat membantu mahasiswa mencari berbagai inspirasi. Dalam dunia seni desain grafis, pengintegrasian AI dapat diterapkan dalam beberapa cara seperti membantu visualisasi sebuah animasi motion capture atau grafis untuk menghamat waktu. 

Selain itu, AI dapat digunakan untuk generate atau membuat sebuah ide desain grafis menjadi sebuah model interaktif yang dapat digunakan oleh semua orang. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penggunaan AI dalam aplikasi Augmented Reality melalui desain yang sudah dibuat melalui aplikasi 3D software seperti Blender yang nantinya akan diolah agar menjadi materi visual interaktif Augmented Reality.

Sebagai contoh pada ChatGPT versi 4.0 dapat dilakukan pembuatan logo dengan hanya sebuah gambar sederhana yang dapat direkap oleh ChatGPT setelah pengambilan gambar melalui kamera. Setelah menginput gambar ke ChatGPT, pengguna dapat memberikan instruksi atau prompt kepada ChatGPT tentang spesifikasi logo yang diinginkan. Jika logo yang dihasilkan oleh AI tidak sesuai dengan ekspektasi maka pengguna bisa meminta AI untuk membuat ulang sampai ditemukannya hasil yang memuaskan.

Salah satu AI lain yang dapat digunakan dalam seni digital dalam pembuatan konten audio baik untuk musik atau sebagai dubber adalah Wavel. AI ini bekerja dengan cara mempelajari suara yang ada dalam sebuah contoh video atau dalam recording dan dapat memproduksi ulang hasil suara subjek dalam video yang diberikan. AI ini dapat memudahkan tugas dubbing terlebih bagi seseorang yang mempunyai language barrier, karena pilihan voice over terdapat banyak preset bahasa seperti Arabic, Malay, dll.

Dalam pembuatan karya AI, beberapa platform tertentu seperti YouTube dan Instagram mulai memberikan opsi bagi para pengguna untuk mencantumkan label AI dalam karya AI mereka. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi hak intelektual dan hak cipta. Walaupun terdapat berbagai kontroversi terhadap penggunaan AI dalam dunia seni digital, jika dicantumkan disclaimer terhadap penggunaan AI dalam suatu karya seni dan tidak adanya plagiarisme yang dilakukan dalam pembuatan karya AI maka tidak akan ada masalah.