AI Bubble Trend: Mengenal Ledakan AI Dalam Ruang Publik, Penyerapan Kerja dan Generasi Muda?
Artificial Intelligence atau singkatnya AI kini telah menjadi partner tidak tergantikan dalam kehidupan manusia secara menyeluruh. Mulai dari fungsi sederhananya sebagai rekan diskusi atau partner kerja, hingga menjalankan peran strategis seperti di Negara Albania AI dapat menjabat sebagai Menteri hingga bertanggung jawab atas pengelolaan data centre yang mendistribusikan informasi.
Mengacu pada dari hal tersebut, kini kita telah memahami kapabilitas AI dalam mengelola data sekaligus mengenerate respons secara real time atau dalam kata lain memberikan respons disaat yang sama dengan minimal delay. Namun disamping keberhasilan AI, kita kian dihantui oleh keberadaan potensi penggantian AI dalam kehidupan kita.
Beberapa waktu lalu, mungkin kawan UNDIRA pernah mendengar istilah spesifik yakni “AI Bubble”. Apakah yang sebenarnya disebut dengan AI Bubble?, bayangkan saja kawan UNDIRA meniup sebuah gelembung, yang semakin lama akan membesar seiring banyak udara yang ditiupkan, lama kelamaan gelembung tidak akan dapat menopang udara didalam dan akan pecah - sama halnya dengan AI Bubble.
Menurut Bill Gates, fenomena AI Bubble sendiri mengacu pada pertumbuhan pesat permintaan dan penggunaan AI melampaui kinerja dan nilai wajarnya. Beliau juga berlanjut bahwa fenomena ini hampir sama dengan Era Dot Com atau waktu dimana Internet pertama kali diimplementasikan secara global. Namun ditengah pertumbuhan bonus demografi yang kian cepat, berikut beberapa dampak terjadinya pertumbuhan AI Bubble;
-
Pelebaran Jurang Penyerapan Tenaga Kerja dan Survivabilitas Pekerja
Keberadaan AI yang dapat menjadi pendukung fully automated atau 100% otomatis bekerja dalam waktu 24 jam dapat menimbulkan perdebatan antara perusahaan untuk mempekerjakan manusia. Selain itu, dilansir dari kanal YouTube @Mackard implementasi agresif AI juga dapat menciptakan skill beserta knowledge gap yang terjadi antara junior worker dan senior worker.
AI Bubble pada dasarnya mempengaruhi psikologi manusia dimana singkatnya “saya lebih mudah saya berdiskusi dengan AI yang menawarkan efisiensi dan kompetensi yang lebih baik dari para junior”. Pada awalnya memang AI berfungsi sebagai suporter yang menolong para junior untuk mengembangkan skill mereka, namun seiring adanya otomatisasi agresif dan gratifikasi instan dalam menyelesaikan masalah maka hal tersebut dapat membawa problematika tersendiri. Secara lambat laun hal tersebut akan menimbulkan kesulitan penyerapan tenaga kerja.
-
Startup Technology yang tidak dapat bersaing dengan “Tech Giants”
Jika dilihat dari segmentasi pasar, saham dan perekonomian maka kita juga dapat memahami bahwa mayoritas pengguna dan pemasok AI terbesar saat ini adalah perusahaan seperti Microsoft, Google dan Amazon dan secara garis besar hal ini dapat mempengaruhi startup tech untuk dapat berkompetisi dengan para raksasa teknologi.
Selain itu segmentasi pengembangan hardware juga perlu mengalokasikan sumber daya lebih mahal untuk mengkompensasi terhadap kecanggihan AI, lantas membuat banyak harga perangkat akan kian melonjak di pasaran.
-
Otentikasi Informasi
Penggunaan AI berlebih secara natural akan menciptakan ekosistem yang serba cepat terutama dalam pengelolaan informasi dan penyebaran karya. Pada dasarnya kawan UNDIRA kita perlu memahami bahwa dalam penciptaan hasil karya terdapat guidelines beserta tata kelola agar karya kita tetap memiliki orisinalitas. Dengan adanya Fenomena AI Bubble, maka kita perlu 2x lebih waspada dengan perkembangan AI yang dapat menjiplak karya kita.
Menghadapi potensi pecahnya “gelembung” yang dapat memperlebar jurang penyerapan tenaga kerja, dan knowledge transfer antar workforce, maka kita harus kembali melihat peran manusia dengan satu hal yang tidak dimiliki AI - karakter.
Peran Universitas dan mentalitas Lifelong Learning menjadi solusi paling fundamental bagi kawan UNDIRA. Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) berkomitmen dengan tata kelolanya yakni Visioner, Integritas dan profesional untuk turut mentransformasi generasi muda menjadi inkubator yang mampu berpikir kritis, memiliki kreativitas, dan soft skills—atribut manusiawi yang tidak dapat direplikasi oleh AI.
Dengan menjadikan pendidikan sebagai proses berkelanjutan, kita tidak hanya menambal skill gap yang ada, tetapi juga memastikan bahwa saat tren AI berguncang, fondasi karier kita tetap kokoh karena dibangun di atas keahlian sejati, bukan sekadar hype teknologi semata.
Sumber Referensi:
Dunia Waspada, Muncul Tiga "Bubble" Pembawa Petaka Global
Bill Gates: We are experiencing an AI bubble similar to dot com era
YouTube: Mackard - The End of Software Engineers
(Danang Respati Wicaksono / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432