Cancel Culture dan Cyberbullying: Pentingnya Berempati dalam Era Digital

Saat ini, di era digital, media sosial telah menjadi tempat bagi setiap orang untuk mengekspresikan diri. Namun disisi lain, kebebasan berpendapat dan berbagi informasi, terdapat fenomena yang berkembang dikalangan Generasi Z, yakni cancel culture dan cyberbullying. Walaupun sekilas terlihat positif atau bahkan konstruktif, namun masyarakat cenderung menggunakan kedua budaya tersebut sebagai senjata untuk saling menghujat terutama dalam dunia sosial media.
Di satu sisi, cancel culture merupakan respon masyarakat untuk menjatuhkan nama baik seseorang ataupun kelompok tertentu berdasarkan kesalahan atau relasi mereka. Orang atau kelompok yang menjadi sasaran dihadapkan pada perundungan, dipermalukan, dan dikucilkan dari komunitas mereka. Namun, cancel culture tidak memberikan kesempatan tersebut dan menutup pintu untuk memberikan kesempatan kedua.
Di sisi lain, cyberbullying adalah bentuk perundingan yang terjadi di dunia maya. Para korban cyberbullying akan cenderung mengalami tekanan mental, kecemasan, dan bahkan depresi. Umumnya, budaya cyberbullying tidak mengenal target batasan usia tertentu.Sesungguhnya, di balik keberadaannya yang sering diremehkan oleh masyarakat, cyberbullying memuat konsekuensi yang cukup berat terutama bagi Generasi Z pada rentan usia remaja.
Dalam rangka menuntaskan peningkatan cancel culture dan cyberbullying, masyarakat perlu meningkatkan pembelajaran Empati dan Mindfulness. Keberadaan Empati tidak hanya meningkatkan kepekaan sosial antar individu, namun juga dapat meningkatkan kesejahteraan diri melalui keberadaan ketenangan diri dan jiwa yang harmonis.
Selain itu, masyarakat perlu membiasakan budaya untuk mengelola emosi mereka terutama dalam sosial media. Dengan adanya budaya memviralkan jejak digital yang telah tertinggal, maka masyarakat perlu meningkatkan awareness terhadap komentar yang telah mereka tinggalkan.
Sebagai Universitas yang menerapkan tata nilai Visioner, Integritas dan Professional - Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) turut menekankan pentingnya mahasiswa dalam menjaga Professionalitas dimanapun dan kapanpun. Selebihnya, Program Studi Ilmu Komunikasi UNDIRA juga mengajarkan tata cara berkomunikasi efektif demi meningkatkan budaya komunikasi yang kondusif.
Cancel culture dan cyberbullying tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Namun, sebagai para insan akademik tugas kita dapat memulai dengan beberapa perubahan kecil dengan membawa empati pada setiap interaksi yang kita lakukan, baik secara online maupun offline. Karena, pada akhirnya, kemanusiaanlah yang menyatukan kita.
(Evelynie dan Danang Respati Wicaksono / HUMAS UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432