Budaya merupakan salah satu pondasi pergerakan masyarakat. Melalui keberadaan budaya yang diterapkan masyarakat, identitas sebuah negara dapat terlihat. Dengan mempelajari budaya, seseorang dapat memperkaya hidup dan memperluas wawasannya.

Era globalisasi telah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mempelajari berbagai budaya mancanegara melalui akulturasi, yakni proses pencampuran atau peleburan budaya antara dua atau lebih negara oleh sekelompok masyarakat tertentu. Akulturasi juga dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap budaya lain sebagai bentuk refleksi diri demi kesejahteraan, baik rohani maupun batin.

Sebagai contoh, mayoritas Generasi Z dan Generasi Alpha sering menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, yang dikenal dengan istilah Jaklish (Jakarta English). Jaklish merupakan bahasa sehari-hari yang sering digunakan oleh mayoritas generasi muda di Jakarta. Fenomena ini merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya.

Melalui pencampuran budaya, masyarakat tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan public speaking, tetapi juga dapat memperbaiki keterampilan berbahasa secara profesional. Akulturasi secara tidak langsung dapat meningkatkan pemahaman lintas budaya dan memperkuat keterampilan sosial. Sekolah dan universitas yang mendorong akulturasi dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.

Saat individu atau komunitas dari berbagai latar belakang budaya berbeda saling berinteraksi, mereka memiliki kesempatan untuk saling belajar, menghormati perbedaan, dan menemukan titik kesamaan. Interaksi antar budaya dapat memperkuat hubungan komunitas dan membangun pemahaman yang saling menguatkan.

Dengan keterbukaan dan rasa ingin tahu antar budaya, kolaborasi antara seniman dari budaya yang berbeda dapat menghasilkan karya seni yang inovatif dan menggugah. Musik, film, dan sastra sering kali mencerminkan perpaduan budaya yang beragam, menciptakan karya yang menarik dan relevan bagi audiens global. Akulturasi juga dapat memperluas apresiasi terhadap berbagai bentuk seni dan budaya.

Melalui pertukaran antar budaya, kesempatan juga tiba bagi para entrepreneur untuk berdiskusi perencanaan bisnis dan inovasi mereka. Perusahaan multinasional sering kali menggabungkan praktik manajemen dari berbagai budaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih efektif dan inklusif. Selain itu, tenaga kerja yang beragam dapat membantu perusahaan memahami pasar global dan meningkatkan daya saing. Hal ini dapat memajukan sektor perdagangan UMKM. Melalui pembelajaran budaya berbagai negara, para pelaku usaha dapat menyesuaikan produk ekspor mereka kepada pangsa pasar internasional.

Direktorat Inovasi dan Pengembangan Usaha Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) bekerja sama dengan DISDAGIN Kota Bandung telah mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat yang mendorong antusiasme para entrepreneur untuk mempelajari prospek perdagangan dan budaya luar negeri. Kepekaan sektor perdagangan melalui akulturasi juga dapat berdampak pada pendidikan mahasiswa UNDIRA, di mana mereka dapat memahami peran budaya dalam pemasaran serta selera mancanegara.

Untuk membuka wawasan budaya mancanegara, Universitas Dian Nusantara juga mendukung pembelajaran melalui Program Studi Sastra Inggris. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan Program Studi Sastra Inggris UNDIRA adalah kunjungan ke Kantor Kedutaan Besar Amerika, yang membuka wawasan mahasiswa terhadap budaya dan mengajak mereka berdiskusi tentang filosofi antara dua negara. Kegiatan studi secara langsung yang diadakan Program Studi Sastra Inggris tidak hanya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang sudut pandang budaya negara lain, tetapi juga melatih kepekaan mereka dalam memahami karakteristik manusia.