Jejak Kebijaksanaan dan Kebajikan: Petikan Kisah Isra Mikraj

Isra Mikraj, yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 27 Rajab dalam Kalender Hijriah merupakan perayaan yang menyimpan keistimewaan didalam setiap umat muslim. Peristiwa Isra Mikraj merupakan salah satu bentuk perwujudan keagungan Allah SWT atas kasih sayang yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh umat muslim.
Melalui berbagai kisah yang menceritakan sejarah Isra Mikraj, dikatakan bahwa Isra Mikraj merupakan bentuk perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjid al-Aqsa di Palestina untuk naik ke Langit Ketujuh atau Sidratul Muntaha. Hal tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Allah SWT.
Menurut salah satu catatan Sirah Nabawiyah oleh salah satu akademisi Islami yang berasal dari India, Abdul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, tujuan utama Israj Mikraj yakni sebagai bentuk pelaksanaan perintah salat lima waktu. Dikisahkan pada awalnya Nabi Muhammad SAW ditugaskan untuk menjalankan salat sebanyak 50 rakaat dalam sehari.
Melalui perjalanan yang dijalani selama Isra Mikraj, Nabi Muhammad SAW diberikan berbagai pilihan antara kebaikan dan keburukan yang akan menentukan masa depan umat muslim.
Setibanya di Masjid al-Aqsa, Nabi Muhammad SAW yang didampingi Malaikat Jibril berangkat menuju Sidhatul Muntaha untuk bertemu dengan Allah SWT.
Menurut berbagai catatan sejarah umat Muslim, dalam perjalanan menuju Sidhatul Muntaha, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril turut berkunjung di tujuh lapis langit dan bertemu dengan; Nabi Adam AS, Nabi Yahya AS dan Nabi Ishaq AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, Nabi Harun AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Ibrahim AS. Setelah persinggahan tersebut Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril mengunjungi Baitul Makmur, yakni tempat para malaikat beribadah.
Dengan anjuran dan empati Nabi Musa AS yang berkata; "Bagaimana engkau mengharapkan pengikut-pengikutmu akan melakukan shalat 50 kali setiap hari? Sebelum engkau, aku sudah punya pengalaman, sudah kucoba terhadap Bani Israil sekuat daya, namun mereka tidak mampu melakukannya. Percayalah dan kembalilah kepada Allah SWT, mintalah pertimbangan kepadanya".
Lantas setelah pertimbangan saran tersebut, Nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah SWT agar diberikan keringanan dalam menjalankan ibadah salat yang diperintahkan. Hal ini tidak hanya bagi dirinya namun bagi seluruh umat muslim, sehingga pada akhirnya atas karunia yang diberikan Allah SWT waktu salat diringankan menjadi lima waktu dalam satu hari.
Isra Mikraj mengajarkan pentingnya keimanan kepada Allah SWT dan ketakwaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pesan yang diberikan oleh Peringatan Isra Mikraj layaknya dapat menjadi salah satu petunjuk spiritual bagi kaum muda/i yang kerap terlalu berfokus kepada prioritas duniawi.
Layaknya seperti sungai yang mengalir, ketika seseorang telah melaksanakan kewajiban dan belajar sekeras mungkin, percayalah kepada Allah SWT. Karena atas dasar karunia Allah SWT melalui doa yang dipanjatkan dan keimanan yang teguh, maka seseorang akan diberikan mukjizat dan pertolongan oleh Allah SWT.
(Danang Respati Wicaksono / HUMAS UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432