Kesehatan Mental di Era Digital: Tantangan dan Solusi Untuk Generasi Z dan Alpha

Sosial Media merupakan tempat bagi banyak orang untuk bertemu secara daring tanpa adanya batasan ruang ataupun waktu. dengan ketidakadaan pembatas untuk berkomunikasi maka dapat tercapainya komunikasi dimana saja. Hal ini juga meliputi ketidakadaan batas seseorang untuk memperoleh informasi.
Seiringnya dengan waktu, dengan bantuan sosial media mulai bermunculan banyak eksposure masyarakat terhadap budaya bertata bahasa baru setiap harinya. Bermunculannya bahasa baru memungkinkan berkembangnya daya ingat masyarakat beserta pembentukan kontekstual yang lebih kreatif varian suatu kata dalam keseharian. Namun, dalam beberapa diksi yang terserap terdapat kata kata yang kurang berkenan yang kemudian akan digunakan dalam keseharian layaknya etika yang casual.
Penggunaan bahasa senonoh ini akan secara tidak langsung terintegrasikan kepada stabilitas mental masyarakat. pada beberapa kalangan masyarakat telah tertanam etika mental yang terefleksi dari penggunaan bahasa yang didapatkan dari sosial media. Banyak masyarakat khususnya kalangan remaja menggunakan slang yang tidak sopan dan bahkan menggunakan kekerasan karena adanya influence dari pemaparan bertutur yang kasar.
Bahasa secara esensi merupakan refleksi dari kelakuan dan pembelajaran, pola tersebut merupakan akar dari bagaimana serapan budaya beretika di internet dapat membentuk karakteristik seseorang yang agresif dalam bersosial karena tidak adanya pembatas dalam kognisi orang tersebut dalam implementasi tata krama. Hal ini terutama berbahaya bagi anak usia dini yang akan menirukan perkataan atau attitude agresif yang mereka lihat.
Selain adanya perubahan behavioral dari dunia maya yang mempengaruhi mentalitas seseorang dengan meningkatkan agresivitas seseorang, eksposure berlebihan dari dunia maya juga berpotensi mengakibatkan kenaikan level stres. Eksposure yang berlebihan terhadap dunia maya dapat meningkatkan level stres karena berbagai faktor.
Pertama, media sosial sering menampilkan gambaran hidup yang tidak realistis, yang dapat memicu perasaan tidak cukup baik atau kecemburuan sosial. Kedua, akses terus-menerus ke berita dan informasi, terutama yang bersifat negatif atau sensasional, dapat menyebabkan kecemasan dan rasa takut yang berlebihan. Ketiga, tekanan untuk selalu terhubung dan responsif, baik dalam konteks sosial maupun profesional, menciptakan beban yang bisa mengganggu keseimbangan hidup dan waktu istirahat. Selain itu, cyberbullying dan interaksi negatif online dapat merusak kesehatan mental, sementara ketergantungan pada validasi online dapat mengganggu rasa harga diri dan kesejahteraan emosional. Semua ini berkontribusi pada peningkatan stres, terutama di kalangan generasi muda yang sangat terhubung dengan dunia maya.
Maka dari itu seseorang disarankan untuk mengontrol bagaimana penyerapan informasi dan pemaparan budaya tersebut kepada kehidupan sehari-hari dengan cara;
-
Batasan Penggunaan Media Sosial: Tetapkan waktu tertentu untuk menggunakan media sosial dan hindari penggunaan yang berlebihan. Menggunakan fitur seperti 'Screen Time' di smartphone dapat membantu memonitor dan membatasi waktu yang dihabiskan di depan layar.
-
Detoks Digital: Lakukan detoks digital secara berkala dengan mengurangi atau menghentikan penggunaan gadget untuk sementara waktu. Ini bisa membantu mengurangi ketergantungan dan memberikan waktu untuk mereset pikiran.
-
Pilih Konten dengan Bijak: Filterlah feed media sosial dan platform digital lainnya untuk hanya menampilkan konten yang positif dan mendukung kesehatan mental. Unfollow atau mute akun-akun yang menyebabkan stres atau kecemasan.
-
Jaga Kualitas Tidur: Hindari penggunaan gadget sebelum tidur dan ciptakan rutinitas tidur yang sehat. Paparan layar sebelum tidur bisa mengganggu pola tidur dan mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
-
Edukasi Diri tentang Kesehatan Mental: Pelajari lebih lanjut tentang kesehatan mental dan bagaimana faktor-faktor digital dapat mempengaruhinya. Pemahaman yang baik dapat membantu dalam mengambil tindakan pencegahan yang efektif.
Universitas Dian Nusantara memberikan wadah bagi para mahasiswanya untuk mengembangkan potensial dan karakter. Peningkatan awareness tentang sensitivitas terhadap mindfulness dalam bersosial pada kalangan mahasiswa Generasi Z dan Generasi Alpha diharapkan akan meminimalisir ketidakstabilan mental dan tata krama yang ditimbulkan oleh sosial media. selain itu diperlukan juga kesabaran dalam mendidik para generasi muda dalam tata krama dan ajaran agama agar menjadi insan budi pekerti dengan sopan santun.
(Kornelia Johana / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432