html hit counter Menggali Makna Iduladha: Pengorbanan, Kesetiaan, dan Ketaatan - Universitas Dian Nusantara

Menggali Makna Iduladha: Pengorbanan, Kesetiaan, dan Ketaatan

20 Juni 2024

Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari raya besar dalam Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Hari raya ini memperingati peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim yang, atas perintah Allah, bersedia mengorbankan putranya, Ismail. Namun, sebelum pengorbanan itu terjadi, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba.

Kata kurban berasal dari bahasa Arab, yang artinya ‘dekat’ (Ibn Manzhur: 1992:1:662; Munawir:1984:1185). Idul Adha secara esensial adalah mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Yang dimaksud dari kata kurban yang digunakan bahasa sehari-hari, dalam istilah agama disebut “udhiyah” bentuk jamak dari kata “dhahiyyah” yang berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha), yaitu sembelihan di waktu dhuha pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 bulan Dzulhijjah. Dari sini muncul istilah Idul Adha.

Peristiwa ini menjadi simbol ketaatan dan pengorbanan dalam Islam. Selama Idul Adha, umat Muslim melaksanakan salat Idul Adha di pagi hari dan kemudian melakukan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, atau domba. Daging hewan kurban dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan terutama kepada mereka yang membutuhkan, sebagai bentuk amal dan solidaritas sosial. Idul Adha juga menandai akhir dari ibadah haji, ziarah tahunan ke Mekah yang merupakan salah satu rukun Islam.

Meskipun Idul Adha diadakan setiap tahun, namun terdapat makna yang emosional dari hari peringatan ini bagi umat muslim dan dapat menjadi pembelajaran tentang konsep kehidupan bagi umat non muslim. Dalam Idul Adha diceritakan kisah yang membahas tentang pengorbanan, kesetiaa, keberanian dan ketaatan. Idul Adha diceritakan sebagai hari dimana Nabi Ismail yang akan dikurbankan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim karena hal tersebut merupakan perintah dari Allah SWT. 

Sejarah Idul Adha dimulai dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menguji kesetiaan dan ketaatannya. Dari perintah yang diterima lewat mimpi, Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan putranya yakni Ismail. Perintah ini pada dasarnya bertujuan untuk menguji seberapa taat Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah SWT, meskipun harus melakukan hal yang diluar pemikiran Ibrahim sebagai seorang ayah. Ibrahim pun dengan bersedia dan penuh dengan keyakinan melaksanakan perintah tersebut, dan Ismail yang mengerti posisi ayahnya bersedia dan berani dalam menjalankan tugasnya sebagai bahan sembelih. 

Pada saat ayah dan anak rela menerima nasibnya, Allah tiba-tiba menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai penghargaan atas ketaatan mereka serta keberanian untuk menjalankan perintah pengorbanan dengan tulus. Sampai hari ini proses pembelihan dalam bentuk kambing, domba, ataupun sapi tetap dilaksanakan sebagai bentuk Qurban kerap dilaksanakan sebagai bentuk pengingat apa itu esensi Qurban secara historis yakni sebagai bentuk syukur,  ketulusan dalam menjalankan tugas serta,  rasa ikhlas dalam berkorban demi tujuan yang mulia.

Dalam kehidupan semua individu mengetahui bahwa semua hal yang akan dilalui dengan tujuan mulia selayaknya membutuhkan pengorbanan bahkan pada hal sekecil pun seperti melindungi jiwa orang terdekat yang kita sayangi, seperti ketika Nabi Ibrahim berat hati untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail walaupun hal tersebut adalah perintah Allah SWT. Idul Adha mengajarkan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, kesabaran, ketaatan, dan nilai berbagi. Terdapat perintah untuk diadakannya penyembelihan hewan kurban bagi orang yang sudah mampu secara finansial ataupun fisik.

Ibadah kurban menurut etikat Islam adalah Sunnah Muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan Imam Syafi’i. Dalam pendapat lain dari Iamam Abu hanifah, ibadah kurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth: 1/314).

Dalam beberapa Hadist Hasan, dinyatakan bahwa; “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117).

Dengan berkurban, seseorang akan merasa bahwa harta yang telah ia miliki pada suatu saat tentunya akan pergi. Tentunya hal ini menjadi refleksi bahwa apa yang kita raih baik itu dalam segi finansial, keberuntungan ataupun keberuntungan nikmat dalam hidup alangkah baiknya terbagikan agar tercapainya kebahagiaan walaupun sekecil mungkin. Hal ini juga melatih konsep dasar karma dimana suatu kebaikan yang dilakukan akan berbalik secara positif dikemudian harinya, walaupun bukan dari orang yang tertolong namun kepercayaan bahwa apapun kebaikan yang kita lakukan niscaya akan dicatat dan timpal balik akan datang pada waktunya sesuai kehendak Allah SWT.

(Danang Respati Wicaksono / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial

www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432