html hit counter Wibawa dan Kerendahan Hati: Keindahan Sifat Pangeran Diponegoro Ditengah Modernitas - Universitas Dian Nusantara

Wibawa dan Kerendahan Hati: Keindahan Sifat Pangeran Diponegoro Ditengah Modernitas

Dilihat : 44
23 Agustus 2025

Modernitas saat ini tidak hanya membawa aksesibilitas namun juga ruang kebebasan yang membuka berbagai peluang bagi Generasi Z, melalui kehadiran Internet of Things (IoT). Selain itu, perkembangan sosial yang semakin dinamik sekaligus adaptif, turut berperan dalam membentuk generasi yang kian up-to-date.

Namun, dibalik segala kemudahan dan akses yang ditawarkan, modernitas juga membawa dampak yang tidak ringan bagi cara berpikir dan bersikap generasi muda. Tuntutan untuk selalu adaptif dan kreatif sering kali diiringi dengan ekspektasi sosial yang tinggi, sehingga memunculkan keresahan bahkan depresi. 

Tidak heran jika banyak dari kita yang akhirnya terjebak dalam perilaku "aneh-aneh" demi mendapat perhatian, mengabaikan empati terhadap sesama, atau bahkan menjadi arogan karena merasa superior dengan kemampuan teknologi yang dimiliki. Keegoisan pun tumbuh seketika dari gaya hidup penuh ambisi serta keinginan validasi sosial berlebihan. 

Mengingat sosial modern yang kian dipenuhi gejolak, marilah kita mundur sejenak dari hiruk-pikuk dunia digital dan menengok sosok yang mungkin terdengar telah lama berlalu, Pangeran Diponegoro. 

Sejak kecil, dengan nama aslinya - Mustahar, beliau tinggal di Tegalrejo bersama dengan buyutnya, Ratu Agung. Tegalrejo saat itu adalah kawasan pembukaan lahan baru, tempat berkumpulnya para petani dan masyarakat biasa. Meskipun berasal dari keluarga Keraton, Pangeran Diponegoro kala itu hidup dalam lingkungan yang relatif sederhana dan merakyat. 

Melalui kehidupannya di Tegalrejo, kepribadian beliau-pun yang luwes dan tanpa jarak mulai terbentuk - yang dalam prosesnya juga menumbuhkan beliau menjadi orang yang disegani, bukan dari status maupun materinya namun dari wibawa dan kerendahan hatinya dalam memperlakukan orang lain. 

The measure of a man is what he does with his power” - mungkin merupakan quote yang cocok untuk merepresentasikan salah satu aspek kehidupan beliau. Dengan statusnya yang dilahirkan sebagai keturunan Keraton, Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang berwibawa. Wibawa disini bukan hanya jati diri yang timbul dari sekedar personal branding maupun pencitraan external. Kewibawaan sejati—sesungguhnya lahir dari dari konsistensi karakter dan kepedulian terhadap sesama. 

Dari kewibawaan yang terlahir dari kepercayaan berbagai pihak, maka terbentuklah Integritas yang menjadi satuan jiwa, mewakilkan tidak hanya pribadi namun juga aspirasi orang lain. Sebagaimana yang kita ketahui kawan UNDIRA, Integritas merupakan satuan sifat yang mencerminkan pemahaman diri dalam menjaga pandangan menuju tujuan yang lebih besar. 

Namun apa jadinya ketika Integritas kita diuji sebagaimana ketika Pangeran Diponegoro menghadapi muslihat Jenderal De Kock pada kala itu yang?. Pada saat perundingan memanas di kediaman de Kock pun, Pangeran Diponegoro menolak untuk menghunuskan kerisnya kepada de Kock. 

"Apa kelak anak cucuku akan berkata, jika aku menghunus kerus ini?" ujar Diponegoro. 

Sikap beliau pada saat itu menunjukan pelajaran berharga terutama bagi generasi modern, bahwa jiwa Integritas yang sejati tidak akan tergoyahkan sekalipun dengan tantangan terpahit sekalipun - kepercayaan pada jiwa sekaligus keyakinan yang kita percayai untuk saat ini dan kedepannya. Disanalah kawan UNDIRA, momen Integritas akan terbukti sesungguhnya. 

Kembali kepada dilema era digital yang memberikan kita kekuatan, kekuasaan dan kemampuan untuk terhubung, belajar, dan berkarya tanpa batas. Namun, seperti kata pepatah "With great power comes great responsibility," kekuatan ini harus diimbangi dengan kebijaksanaan. 

Kawan UNDIRA, kewibawaan dan integritas sesungguhnya tidak dibangun secara instan, dan tidak pula dapat diukur. Kewibawaan lahir dari konsistensi dalam berkarakter, ketulusan dalam berinteraksi, dan komitmen untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Pertarungan sengit kalian semua saat ini di era modern bukan hanya untuk melawan para saingan luar, tetapi melawan "penjajah" internal berupa ego, materialisme, dan keegoisan yang mengikis nilai-nilai kemanusiaan.

Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) turut mengedepankan pendidikan yang mendasarkan pembangunan karakter melalui tata nilai; Visioner, Integritas dan Profesional. Pada era modern, disamping adanya kepiauwaian dalam berilmu dan memanfaatkan teknologi informasi - karakter yang sesungguhnya merupakan jiwa yang berpegang teguh pada tidak hanya atas dasar keinginan orang lain, namun juga loyalitas untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lantas Kawan UNDIRA, apa langkah pertama kalian untuk membangun kewibawaan di era digital?

Sumber Referensi: 

Kuratorium Peperangan 200 Tahun Jawa - Aula Perpustakaan Nasional

200 tahun Perang Jawa dan warisan semangat Diponegoro - Antaranews

Perpusnas Siap Gelar Rangkaian Peringati 200 Tahun Perang Jawa

(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432

slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor