Aturan Tak Tertulis Dalam Perkuliahan: Kesopanan Sebagai Kunci Kolaborasi dan Networking
Kawan UNDIRA, waktu perkuliahan sebentar lagi akan tiba, membawa semangat baru bagi seluruh mahasiswa. Perkuliahan pada dasarnya bukan hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu secara mendalam, tetapi juga menjadi ruang pertemuan dengan berbagai individu dari beragam latar belakang, budaya, dan bahkan generasi berbeda.
Diluar norma yang berlaku dimana perkuliahan hanya temat untuk menuntut ilmu semata, sesungguhnya dunia perkuliahan menawarkan experience yang lebih jauh. Perkuliahan turut mendorong kita untuk bergaul dan bersosial sekaligus menuntun kita untuk melihat sudut pandang berbeda dalam kehidupan.
Namun kawan UNDIRA, tidak semua momen dapat berlajan secara kondusif dalam berkuliah. Terkadang kita tidak luput dari permasalahan dan rintangan. Permasalahan tersebut dalam beberapa waktu tertentu dapat mengubah sikap kita menjadi pribadi yang arogan, terbawa emosi maupun lalai dalam bagaimana melihat lawan bicara - melihat diri sendiri sebagai pribadi selalu benar.
Nyatanya, layaknya menuangkan minyak pada api yang sedang menyala, menghadapi masalah dengan ego dan emosi hanya akan membuat keadaan semakin memanas.
Jika kawan UNDIRA pernah mendengar pribahasa “Win by not fighting” oleh Tsun Zu dimana kita dapat memenangkan atau menyelesaikan permasalahan tanpa kekerasan atau perasaan geram, sesungguhnya sopan santun juga merupakan hal yang serupa. Sopan santun mengajarkan bagaimana kita dapat meraih kemenangan dengan baik dimana tanpa mengorbankan jati diri.
Jika dipikirkan kembali beberapa permasalahan yang kita temui dapat diselesaikan dengan baik dengan menjaga emosi atau sopan santun, Ingat kawan UNDIRA cara berkomunikasi dan bertingkah laku adalah kunci!.
Selebihnya, Pengendalian diri, sikap rendah hati, dan keterbukaan tanpa mengorbankan harga diri untuk memahami sudut pandang lain yang merupakan beberapa bagian dari sopan santun dapat meredam ketegangan dan membuka jalan menuju penyelesaian yang lebih bijak. Kawan UNDIRA, sopan santun dan tata krama meskipun tidak selalui tertuang dalam aturan tertulis, namun dengan bersikap sopan kepada orang lain kita dapat menciptakan lingkungan kondusif.
Dalam budaya Jawa, terdapat istilah Unggah-Ungguh yang berarti tata krama dan mutual respect dalam berbahasa dan berperilaku, sangatlah dianggap penting dalam membangun hubungan baik baik kepada individu seusia dengan kita maupun yang lebih tua.
Kesopanan juga pada dasarnya bukan sekadar norma sosial, tetapi menjadi aset berharga yang juga mampu membangun jaringan relasi akademik yang sehat, menumbuhkan rasa saling percaya, serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Treat other people like how you would treat yourself.
Penerapan sopan santun dapat dilakukan dengan menjaga tutur kata yang menghormati, menggunakan bahasa yang sesuai waktu dan tempat yang berlaku, serta memperhatikan ekspresi seperti bahasa tubuh dan kontak mata yang positif. Actions speak louder than words kawan UNDIRA.
Dalam perkuliahan kita bukanlah hanya menjadi sosok yang statik yang hanya menghafal dan melakukan tugas, namun kita juga berjalan dengan berbagai jiwa lainnya yang dapat membuat kita tumbuh sebagai manusia yang bertata krama melalui pengertian, kolaborasi dan keterbukaan melalui sopan santun.
(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Lainnya

PELANTIKAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA PERIODE 2023 - 2028
Read more
Membangun Masyarakat Berenergi: Pemberdayaan Sumber Daya Energi dan Manusia
Read more
Tingkatkan Minat Riset Kolaboratif Teknologi Terkini, UNDIRA Gelar Seminar Internasional Dengan IEEE dan International Islamic University Malaysia
Read more
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432