Kawan UNDIRA, di era transformasi industri dan digital saat ini, sistem kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia selalu beradaptasi sesuai dengan kebutuhan sosial. Keberhasilan sebuah perguruan tinggi kini tidak hanya diukur dari banyaknya publikasi ilmiah, tetapi juga dari seberapa besar kontribusi nyata yang diberikan kepada masyarakat. 

Tentu sistem pendidikan yang adaptif tidak hanya berfokus terhadap pengembangan mahasiswa, namun juga menghubungkan ilmu yang telah dipelajari melalui pengaplikasiannya kepada masyarakat. Kawan UNDIRA pastinya kenal dengan sistem Tri Dharma Perguruan Tinggi - dimana berbagai Perguruan Tinggi pada saat ini tidak hanya mendalami penelitian, pembelajaran dan pengembangan teknologi, namun juga bagaimana cara mengaplikasikan ilmu yang didapatkan bagi masyarakat melalui kolaborasi antara badan akademik. 

Melalui semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada Hari Pendidikan Nasional 2025 - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), meluncurkan program terbarukannya yakni DIKTISAINTEK Berdampak, sebagai penerus dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Berbeda dari Kampus Merdeka yang mengedepankan pembelajaran berbasis experiential learning, pembelajaran otodidak, atau belajar mandiri - DIKTISAINTEK Berdampak menekankan mahasiswa untuk menjawab tantangan modernisasi yang mengharuskan adanya pemberdayaan dan hilirisasi masyarakat sekitar oleh para civitas akademik. 

Menurut laman resmi Kemendikti, pada dasarnya program DIKTISAINTEK Berdampak memperluas semangat belajar secara kolaboratif, dan sesuai dengan relvansi pembelajaran masing-masing. Harapannya transformasi berdampak diharapkan dapat membuka hilirisasi pengetahuan dan pengembangan ekonomi seluas mungkin dengan kualitas setara di seluruh Indonesia, dengan tentunya tetap menjaga nilai kebebasan belajar dari Kampus Merdeka. 

Sesuai dengan namanya “Berdampak”, Program DIKTISAINTEK Berdampak tidak hanya menempatkan mahasiswa sebagai pembelajar, tetapi juga sebagai sumber jawaban bagi masyarakat sekitar. 

Beberapa contohnya dapat dilihat dari kegiatan pengabdian kepada Masyarakat (PkM) seperti pelatihan digitalisasi UMKM, pembuatan pupuk kompos, hingga revitalisasi desa binaan.

PkM memungkinkan mahasiswa belajar sambil membangun solusi berkelanjutan berbasis riset terapan. Disinilah letak perbedaan mendasar DIKTISAINTEK Berdampak dibandingkan dengan Kampus Merdeka: adanya tidak hanya integrasi antara teori dan praktik namun juga memberdayaan sosial secara terstruktur.

Dengan effort untuk terus beradaptasi terhadap perubahan kurikulum yang diberikan secara up-to-date dalam rangka memberikan pendidikan terbaik kepada masyarakat, Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) berharap dapat mencetak lulusan yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga adaptif, kolaboratif, dan berjiwa sosial demi menjawab tantangan Industri 5.0 pada tahun 2030 nanti. 

Tidak hanya itu, sebagai Perguruan Tinggi yang menjunjung tinggi pembekalan terhadap masyarakat sekitar, UNDIRA berkomitmen dalam menyukseskan program DIKTISAINTEK Berdampak melalui berbagai Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang telah berhasil dilakukan baik oleh para dosen maupun mahasiswa. 

Melalui perkembangan DIKTISAINTEK Berdampak, kini perguruan tinggi di Indonesia bersama bergerak kepada memajukan berbagai bidang yang relevan. Mahasiswa dan para dosen kini tidak hanya belajar untuk diri sendiri maupun sekedar menambahkan portofolio penelitian mereka, tetapi juga turut serta menciptakan dampak bagi masyarakat sesuai dengan relevansi output bidang pendidikan yang dijalankan.