html hit counter Dari Gagasan Menjadi Jiwa dan Raga Bangsa: Menyalakan Api Sang Garuda di Hari Lahir Pancasila - Universitas Dian Nusantara

Dari Gagasan Menjadi Jiwa dan Raga Bangsa: Menyalakan Api Sang Garuda di Hari Lahir Pancasila

Dilihat : 68
01 Juni 2025

Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila—sebuah momen historis yang bukan sekadar simbolik, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. 

Kita semua tahu bahwa Pancasila pertama kali dicanangkan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI di Gedung Pancasila, Jakarta - namun apakah Pancasila sudah berada dalam kehidupan?. Pancasila tidak hanya menawarkan lima prinsip dasar negara, tetapi juga mengajukan sebuah “philosophische grondslag”—landasan filosofis yang menggambarkan jiwa dan karakter kolektif bangsa Indonesia.

Melalui nilai-nilai Pancasila, dapat dilakukan pembangunan toleransi antar identitas, memperkuat solidaritas lintas generasi dan kelas sosial, serta penjagaan kedaulatan bangsa ditengah perubahan sosial. Seperti perkataan filsuf Prancis, René Descartes melalui frasa “Cogito ergo sum”—”aku berpikir maka aku ada”, maka keberadaan Pancasila sebagai refleksi kesadaran nasional.

Di tengah percepatan digitalisasi dan dinamika sosial yang semakin kompleks, masyarakat kini menghadapi tantangan yang datang baik dari dalam diri maupun tekanan eksternal yang dapat mengguncang arah kehidupan. Salah satu bentuk dari tantangan ini adalah munculnya tren media sosial yang mendorong pola pikir individualistis, egosentris, serta ketergantungan pada validasi sosial. 

Dalam situasi seperti ini, Pancasila tetap relevan sebagai pijakan moral dan ideologis. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menjadi dasar dalam memperkuat toleransi, mempererat solidaritas sosial, serta menjaga persatuan dan kedaulatan bangsa di tengah arus perubahan zaman. Selain itu, sebagaimana fungsi sebuah pemikiran yang dapat membentuk moral dan karakter manusia - Pancasila dalam kehidupan modern ini dapat mengingatkan kita semua akan pentingnya mengingat pribadi kita sebagai rakyat yang berpendirian.

Dibalik sentimen dimana Pancasila hanya dianggap sebagai ideologi yang tertuang dalam catatan sejarah, Pancasila bukan sekadar ide, namun juga roda penggerak sosial. Pancasila merupakan hasil dari rundingan bersama sebelum Indonesia secara resmi mengalami kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Dengan menekankan bahwa Pancasila secara tidak langsung merupakan aspirasi dan harapan masyarakat Indonesia, maka dapat diasumsikan bahwa Pancasila merupakan bentuk kesadaran rasional masyarakat, sebagaimana digambarkan oleh salah satu sosialis Jerman, Max Weber. 

Menurut beliau, bahwa suatu tindakan sosial hanya memiliki makna ketika diarahkan pada orang lain. Kesadaran kolektif yang sesuai dengan lima sila di Perisai Burung Garuda, dapat dilihat dalam aktivitas masyarakat Indonesia melalui semangat Gotong Royong, Solidaritas dalam mengambil suara, dan adanya bantuan subsidi seperti listrik serta penyediaan sarana prasarana transportasi untuk meratakan keadilan bagi masyarakat Indonesia.

“Tidak setiap jenis perilaku manusia memiliki karakter sosial; hal ini lebih terbatas pada kasus-kasus di mana tindakan seseorang secara bermakna diarahkan kepada tindakan orang lain.” ujar Max Weber dalam buku Social Media - A Critical Introduction oleh Christian Fuchs.

Dalam konteks ini, Pancasila merupakan kerangka yang menggerakkan tindakan sosial masyarakat Indonesia. Sebagaimana filsafat lainnya seperti; eksistensialisme, marxisme, hingga positivisme - yang dapat menggerakan tindakan manusia, Pancasila menjiwai tindakan kolektif masyarakat Indonesia.

Pancasila tidak akan berarti tanpa penghayatan dan pengamalan. Ia bukan hanya gagasan luhur dalam teks konstitusi, tetapi jiwa dan raga dari bangsa ini. Dalam setiap karya ilmiah, pengabdian sosial, dan diskusi intelektual, semangat Pancasila harus menyala. Di sinilah tugas mahasiswa dan dosen: menyalakan api Sang Garuda, menjadikan Pancasila tidak hanya dikenang—tetapi dihidupi.

(Danang Respati Wicaksono / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432