Umat Kristiani di seluruh dunia akan segera memperingati salah satu momen penting dalam kalender gerejawi, yakni Hari Kenaikan Yesus Kristus. Hari raya ini diperingati setiap hari Kamis, tepat 40 hari setelah Hari Raya Paskah. Peristiwa ini merujuk pada momen ketika Yesus Kristus terangkat ke surga di hadapan para murid-Nya, sebagaimana dicatat dalam Kitab Suci. Kenaikan ini bukan hanya menjadi penutup kehadiran fisik Yesus di dunia, melainkan juga permulaan dari sebuah babak baru dalam perjalanan iman umat Kristiani.

Di balik perpisahan secara fisik, terdapat harapan dan janji yang disampaikan oleh Yesus: bahwa kehadiran Roh Kudus akan menyertai dan memampukan umat untuk meneruskan misi ilahi-Nya. Dalam Markus 16:19–20, dijelaskan:

“Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”

Melalui ayat tersebut, kita dapat melihat bahwa kenaikan Kristus tidak mengakhiri karya perjalanan hidup-Nya, tetapi justru menjadi panggilan bagi para murid — dan kini seluruh umat percaya — untuk terlibat aktif dalam meneruskan ajarannya dengan penuh kasih, keadilan, dan kerendahan hati.

Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, termasuk di lingkungan akademik, makna Kenaikan Kristus tetap memiliki nilai yang relevan. Generasi muda, khususnya mahasiswa dan dosen, menghadapi berbagai tekanan sosial — mulai dari ekspektasi pencapaian, krisis identitas, hingga derasnya pengaruh media sosial yang kerap memudarkan makna sejati dari kehidupan dan pencarian spiritual.

Melalui peristiwa Kenaikan Yesus, kita diajak untuk kembali menata orientasi hidup. Yesus datang dari latar belakang yang sederhana, namun melalui tindakan pelayanan-Nya yang konsisten dan penuh kasih, Ia mengubah kehidupan banyak orang. Ia tidak mencari validasi duniawi, tetapi mengarahkan hidup-Nya untuk menjadi berkat bagi sesama — bahkan hingga pengorbanan di kayu salib.

Nilai-nilai ini sejalan dengan dinamika kehidupan akademik yang idealnya tidak hanya mengejar prestasi, tetapi juga berakar pada integritas, empati, dan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Hari Kenaikan Yesus Kristus mengundang kita semua — baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas pendidikan — untuk merenungkan kembali peran kita dalam meneruskan semangat Kristus di tengah kehidupan sehari-hari. Entah melalui pembelajaran, penelitian, pengabdian, maupun interaksi sosial, kita diajak untuk menjadi pribadi yang menghadirkan terang dan harapan, seperti yang telah Kristus teladankan.

Menjadi terang di lingkungan kampus tidak harus dimulai dari hal besar. Terkadang, menjadi teman yang suportif, jujur dalam proses belajar, atau bersikap adil dalam diskusi, sudah mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang luhur.

Melalui momen ini, kita diingatkan bahwa kehidupan bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai insan akademik dan sebagai umat beriman, mengambil bagian dalam karya besar kasih Tuhan bagi dunia.

Sesungguhnya dalam menjalani hidup, kita sebagai umat manusia harus tetap berpenggang teguh terhadap iman yang diajarkan oleh sang pencipta. Alur hidup bukanlah ditentukan dan disaksikan oleh orang lain, namun oleh diri sendiri dengan sang pencipta yang slelau mengawasi kita serta memberikan keberkahan hidup yang melimpah. 

Hari Kenaikan Yesus Kristus merupakan momentum spiritual untuk memperbarui komitmen hidup yang bermakna dan berdampak sesuai dengan ajaran dan perjalanan hidup-nya. Kenaikan-Nya ke surga bukan berarti Ia menjauh, melainkan menjadi lebih dekat dalam hati dan panggilan hidup kita.