Galungan dan Kuningan: Mengingat Spiritualitas, Budaya, dan Kebersamaan

Indonesia adalah negeri yang kaya akan budaya, dengan lebih dari 1.300 suku yang masing-masing memiliki adat istiadat unik. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai simbol toleransi dengan lima agama utama: Islam, Hindu, Buddha, Kristen, dan Konghucu. Keragaman ini menjadikan Indonesia sebagai episentrum harmoni antarumat beragama.
Di antara berbagai hari besar keagamaan, Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan umat Hindu pada 23 April 2025 dan 3 Mei 2025 memiliki makna spiritual yang mendalam. Perayaan ini mengajarkan manusia untuk mencapai kemenangan (Dharma) atas kejahatan (Adharma) dengan ketenangan spiritual dan introspeksi diri.
Galungan dirayakan setiap 210 hari, berdasarkan penanggalan Saka yang digunakan umat Hindu Bali. Pada hari ini, umat Hindu menghiasi pekarangan rumah dengan Penjor (hiasan bambu) dan menyajikan makanan khas seperti Lawar (olahan daging dan sayuran dengan bumbu khas).
Secara global, perayaan serupa dikenal sebagai Deepavali / Diwali, yang jatuh setiap tahun pada akhir Oktober atau awal November, berdasarkan penanggalan Kaliyuga dari kitab Weda. Pada tahun 2025, Galungan akan berlangsung dalam tahun 1947 Saka, sementara Deepavali/Diwali jatuh pada 20 Oktober 2025, bertepatan dengan tahun 5127 Kaliyuga.
Dalam perayaan Galungan, terdapat esensi spiritual yang disebut Sang Hyang Parama Wisena, yang merupakan wujud lain dari Sang Hyang Widi Wasa. Ia diyakini membawa manusia menuju keseimbangan jiwa yang hakiki serta memberkahi keselamatan.
Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan dengan sesajen berisi Ajengan (nasi) berwarna kuning sebagai wujud syukur kepada Sang Hyang Parama Wisena. Perayaan ini tidak hanya menjadi bentuk komunikasi spiritual, tetapi juga pengingat akan perjalanan hidup serta usaha yang telah ditempuh.
Dalam ajaran Hindu, roh para leluhur diyakini turun ke dunia saat Galungan, sehingga keluarga memberikan penghormatan melalui persembahan (banten), doa suci, dan upacara di rumah maupun pura. Tradisi ini dikenal sebagai Pitra Puja, menjadi simbol mengenang, menghormati, dan memperkenalkan silsilah leluhur kepada anak cucu.
Di tengah modernisasi, nilai-nilai Galungan tetap relevan sebagai penuntun spiritual dan pelestari budaya. Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) turut mengajarkan prinsip Visioner, Integritas, dan Profesional, yang mendorong mahasiswa menjadi pribadi intelektual dan manusiawi.
Melalui Galungan, umat Hindu tidak hanya diajak untuk menang dalam pertempuran simbolis antara kebaikan dan keburukan, tetapi juga untuk hidup lebih bermakna dengan menumbuhkan nilai kasih, harmoni, dan kedamaian.
(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Lainnya

Membangun Masa Depan Bercitra Profesional, Program Studi Ilmu Komunikasi UNDIRA Kembali Adakan Kegiatan Table Manner
Read more
Pelatihan E-Learning Dosen terkait Penerapan Tiga Metode Sistem Perkuliahan UNDIRA pada Perkuliahan Semester Genap 2023 / 2024
Read more.jpg)
Menuju Industri Kreatif, Kesempatan Teknik Informatika Dalam Sektor E Sports
Read more
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432