Arus balik Lebaran sendiri kerap diwarnai dengan lonjakan volume kendaraan, dan keterbatasan waktu dapat menghambat dan bahkan mengganggu kenyamanan perjalanan terutama bagi para mahasiswa. Selain itu, ketersediaan tiket transportasi yang baik serta lonjakan harga juga dapat mendorong perburuan tiket seminggu atau bahkan sebulan sebelum Hari Raya Idul Fitri. 

Permasalahan diatas tentunya dapat menjadi problem yang detrimental terutama bagi masyarakat, terutama bagi para mahasiswa. Untuk itu, mayoritas akan melakukan pembelian tiket lebih awal demi harga yang lebih terjangkau, pengamanan tiket, sekaligus penghematan waktu pemesanan dikemudian hari. 

Bagi mahasiswa yang kurang beruntung dalam meraih tiket transportasi umum, maka mereka akan memilih untuk menempuh perjalanan alternatif menggunakan kendaraan pribadi atau bahkan menumpang dengan teman yang menempuh jalur yang sama. 

Pilihan untuk menggunakan kendaraan pribadi tentunya memberikan fleksibilitas, namun dengan beberapa hal yang harus diantisipasi seperti kelelahan dan udara malam yang dapat memberikan dampak pada kesehatan tubuh. Kesehatan yang kurang memadai dapat mengganggu aktivitas akademik yang mereka tempuh dikemudian hari. 

Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian, bpk. M. Risal Wasal, pendaftaran MOTIS telah dimulai semenjak tanggal 8 Maret hingga 6 April 2025. Beliau menjelaskan bahwa program MOTIS dilakukan secara rutin setiap tahunnya sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada masyarakat agar mereka dapat mencapai kampung halaman dengan lebih murah, aman dan nyaman. 

Penggunaan transportasi umum dapat mempercepat waktu perjalanan sekaligus memberikan kenyamanan yang lebih baik, salah satu layanan yang diberikan dalam rangka mendukung publik ari pemerintah merupakan MOTIS (Angkutan Sepeda Motor Gratis). Pada tahun 2025, pemerintah telah menyediakan kuota untuk 7.424 unit motor dan 16.960 penumpang.

Salah satu karyawan Universitas Dian Nusantara yang menggunakan pelayanan MOTIS, Andhika Iswardana, berpendapat bahwa program MOTIS tahun ini memberikan kesan yang bercampur. Menurut beliau, pelayanan  posko yang disediakan dalam program MOTIS telah mengalami perkembangan yang cukup baik. 

“Pada tahun sebelumnya di Stasiun Jakarta Gudang, terdapat 3 posko mudik MOTIS yang melayani setiap jalur mudik, yakni; jalur utara, jalur selatan dan jalur tengah. Namun pengadaan MOTIS tahun ini, hanya terdapat 1 posko pelayanan saja. Dari segi pengerahan SDM, jujur tahun ini lebih sedikit daripada tahun sebelumnya. Selain itu, hanya terdapat 420 kuota pendaftaran yang tersedia, dan itupun hanya melalui pendaftaran online. Para pendaftar offline yang sudah datangpun diarahkan untuk pulang dan mendaftar online.” Ujar Andhika Iswardana.

Andhika Iswardana melanjutkan bahwa pelayanan website MOTIS masih memiliki banyak kekurangan seperti; kendala upload foto, pemilihan jadwal dan koordinasi terkait ketersediaan tiket online perlu ditingkatkan demi kelancaran pemesanan dan mencegah sentimen negatif dari para pemudik.

Di sisi baiknya, berbeda dari tahun lalu dimana rute Jakarta-Purwokerto yang dilewati dikenakan biaya sebesar 20.000 rupiah, namun pada pelaksanaan MOTIS tahun ini tidak ada biaya yang dikenakan pada para pemudik, pada arus mudik maupun arus balik.

Beliau berharap di tahun berikutnya, sistem MOTIS kedepannya akan di evaluasi terutama dalam kecepatan update informasi ketersediaan tiket. Selain itu, transparansi informasi serta timeline yang diberikan oleh sosial media MOTIS maupun Kemenhub lebih baik dari tahun ini.

Dibalik seluruh hiruk pikuk serta perjalanan panjang yang ditempuh, Arus balik Lebaran dan budaya mudik dapat menjadi momen refleksi pribadi bagi setiap individual. Setelah melewatkan waktu bersama keluarga, mereka kembali dengan semangat baru untuk menghadapi perkuliahan yang akan datang. 

Walaupun suasana Idul Fitri dan kehangatan keluarga membawa ketenangan, sebagai agent of change mahasiswa juga harus menjaga kondisi prima mereka agar dapat menjalani semester dengan penuh semangat. Arus balik Lebaran bukan sekadar perjalanan fisik kembali ke kota perantauan, tetapi juga awal dari perjalanan hidup demi meniti masa depan yang lebih cerah.