html hit counter Mengelola Kecemasan dan Stress: Berikut Beberapa Solusi Bagi Generasi Z dan Generasi Alpha - Universitas Dian Nusantara

Mengelola Kecemasan dan Stress: Berikut Beberapa Solusi Bagi Generasi Z dan Generasi Alpha

15 Juli 2024

Dalam zaman yang menuntut generasi muda secara intensif dalam berkarir dan manajemen kehidupan, terdapat tekanan yang mengharuskan adanya emotional control. Hal ini dapat terlihat dari Generasi Alpha (2010-2020) dan Generasi Z (1997-2010) yang sulit mengelola emosinya dan cenderung lebih mudah panik. Menurut survey yang diadakan oleh Talentics, sebanyak 11% Generasi Z cenderung lebih mudah panik dibandingkan Generasi Millenial. Hal ini merupakan akumulasi dari berbagai hal seperti adanya paparan sosial media yang berlebihan dan juga adanya tekanan ekonomi yang berasal dari social pressure dan FOMO.

Keberadaan sosial media seperti Instagram dan Twitter yang kerap kali membawa pengaruh samping yang negatif kepada pembentukan karakter seseorang melalui berbagai posting negatif atau yang berisikan hate speech. Menurut survey yang dilakukan Digital Civility Index, Indonesia merupakan negara yang memiliki peringkat ke-29 sebagai pengguna sosial media ter-vulgar se-Asia Pasifik. 

Selain adanya peningkatan konten negatif dan inklusifitas penggunaan hate speech, terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi kecemasan dan stress yakni tuntutan sosial. Dengan adanya fluktuasi ekonomi dunia tentunya dapat mempengaruhi work habit yang dilakukan oleh Generasi Z dan Generasi Alpha dalam rangka mencapai tujuannya atau bertahan hidup. 

Dilakukannya beberapa pekerjaan dalam kurun waktu singkat tanpa adanya istirahat, mempunyai dua atau tiga pekerjaan sekaligus, dan kurangnya apresiasi diri yang disebabkan oleh tekanan ekonomi dan sosial menjadi beberapa potensi sebab yang muncul dari kecemasan dan stress. Hal ini dapat berujung kepada berbagai efek samping seperti; overthinking, maag, insomnia, gangguan pencernaan, dan gangguan kardiovaskular (sistem peredaran darah seperti jantung). 

Tekanan yang menuntut kinerja tambahan pada pikiran, dapat mengakibatkan hilangnya fokus. Selain itu, keberadaan gadget sebagai sumber pelarian dari stress secara berlebihan akan memutarbalik dan menjadi masalah yang menimbulkan adiksi. Melalui beberapa faktor tersebut pada generasi muda berpotensi mengakibatkan menipisnya kemampuan prolem solving. 

Ketika seseorang mengalami kecemasan atau stres, tubuh akan merespon dengan melepaskan hormon, yang dapat mengganggu konsentrasi otak, terutama di area yang bertanggung jawab untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah. Stress yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, menghambat kemampuan untuk berpikir jernih, dan mengurangi kapasitas memori kerja. 

Selain itu, kecemasan cenderung memfokuskan pikiran pada kekhawatiran dan skenario negatif, mengurangi fleksibilitas mental dan kreativitas yang diperlukan untuk menemukan solusi yang efektif. Akibatnya, kemampuan seseorang untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi opsi, dan membuat keputusan yang tepat menjadi terhambat.

Maka dari itu diperlukanlah beberapa teknik mengolah emosi agar pekerjaan yang dilakukan tidak terganggu; 

  1. Mengatur Pernafasan: Dengan adanya pernafasan teratur, maka detak jantung yang sedang berdebu dengan cepat akan meredam karena dengan ketenangan dari bernafas, tubuh akan melepas hormon yang meredakan stress. Selain itu, pernafasan juga dapat mengatur supply oksigen yang masuk ke otak dan organ tubuh lainnya agar lebih rileks.

  2. Berbicara dengan Orang Lain: Mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran dengan teman, keluarga, atau konselor dapat membantu mengurangi beban emosional dan menemukan solusi. Namun hal ini juga harus diperhatikan, karena terdapat potensi adanya manipulasi psikologis yang dapat digunakan. Carilah lawan bicara yang bisa mengerti dan mendengarkan.

  3. Mengembangkan Hobi: Melibatkan diri dalam hobi yang produktif atau kegiatan kreatif dapat menjadi cara yang baik untuk mengalihkan pikiran dari stres dan kecemasan serta meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

  4. Mengelola Waktu dengan Baik: Membuat jadwal yang realistis dan membagi tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dapat membantu mengurangi perasaan kewalahan dan meningkatkan produktivitas. Memastikan untuk mengambil istirahat singkat selama periode kerja atau belajar yang panjang juga dapat membantu menjaga konsentrasi dan mencegah kelelahan.

  5. Mendengarkan Musik: Dengan adanya seleksi musik pilihan yang bisa digunakan saat bekerja atau mengerjakan tugas kuliah, maka juga dapat membantu otak dalam mengelola stress dan kecemasan yang timbul.

Dengan adanya tata kelola stress yang baik, maka seseorang dapat menyeimbangkan hidupnya agar tidak mudahnya jatuh sakit dikarenakan adanya stress berlebihan yang diakibatkan oleh fisik ataupun pikiran. hal ini tentunya juga sangat berguna bagi para mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir yang juga menggebu berkarir disaat yang bersamaan.

(Kornelia Johana / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432