Menentramkan Diri Sejenak Demi Mencapai Pencerahan dan Kesucian, Makna Hari Raya Nyepi Bagi Umat Manusia

Suasana penuh dengan kesunyian yang membawa ketentraman datang kembali di hari Sabtu, 29 maret 2025. Waktu tersebut memperingati salah satu budaya sekaligus perayaan yang sakral bagi masyarakat Hindu di Indonesia, yakni Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi dirayakan sebagai bagian dari Tahun Baru Saka dalam setiap tahunnya, yang jatuh antara Bulan Maret atau April.
Kesunyian yang menjadi ciri khas Hari Raya Nyepi bukan hanya bersifat sebagai pengingat nama hari tersebut. Diluar persepsinya yang ditandai sebagai hari libur nasional, Hari Raya Nyepi bukan hanya sekedar hari libur, namun juga merupakan budaya sakral penuh makna bagi umat Hindu di Indonesia.
Sesungguhnya berbagai distraksi yang ditemui dalam dunia ini, dapat mengguncang bahkan jiwa paling tangguh sekalipun. Maka dari itu manusia memerlukan momen untuk kembali kepada dirinya sejenak, dan keluar dari hiruk pikuk duniawi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hari Raya Nyepi sesuai dengan namanya, mengingatkan manusia akan ketenangan dan harmoni. Selain itu, Hari Raya Nyepi merupakan ibadah bagi umat Hindu untuk mempelajari pengendalian hasrat dan perkataan.
Dengan adanya ketenangan maka umat Hindu dapat dengan khusyuk melakukan ibadah dan introspeksi diri melalui selama 24 jam. Namun, melaksanakan Penyepian di Hari Raya Nyepi, umat Hindu umumnya akan melakukan upacara Melasti terlebih dahulu untuk menyucikan diri mereka.
Melasti meliputi kegiatan dimana masyarakat melakukan persembahyangan serta pembersihan diri di tepi laut atau danau. Sebelum melakukan melasti, masyarakat akan membasuh muka atau menyentuh air suci untuk membuang karma buruk. Selain itu, berbagai sarana dan prasarana persembahyangan juga turut dibawa untuk disucikan.
Catur Brata Penyepian, merupakan bagian selanjutnya setelah proses Melasti yang dilakukan di Hari Raya Nyepi. Catur Brata Penyepian adalah penghentian hampir semua kegiatan umum yang diizinkan seperti; bepergian (Amati Lelungan), tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bekerja (Amati Karya), dan mengonsumsi makanan dan secara keseluruhan melakukan hal yang menggema maupun mengganggu ketenangan lingkungan sekitar (Amati Lelanguan). Pengendalian diri yang dilakukan dalam Hari Raya Nyepi dapat membawa ketenangan bagi umat Hindu untuk mengevaluasi diri, bermeditasi demi menjadi pribadi yang lebih baik.
Setelah selesainya kegiatan Catur Brata Penyepian, maka masyarakat berlanjut dengan pelaksanaan upacara terakhir yakni Ngambek Geni. Kegiatan tersebut meliputi ajang pengakuan dan pengikhlasan yang dilanjutkan dengan maaf memaafkan.
Sesungguhnya Hari Raya Nyepi secara keseluruhan menggambarkan bahwa memulihkan jiwa dengan menutup diri sejenak dari kesibukan duniawi, dapat memberikan kedamaian dan kesejahteraan. Selain itu melalui pemulihan jiwa, maka seseorang dapat mencapai tingkat pencerahan yang akan membawa fokus kedepannya. Selamat Hari Raya Nyepi 1947 Saka.
(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432