Mencampuri Dua Bahasa Dalam Komunikasi: Fenomena Strategi Komunikasi Generasi Z

Dalam era globalisasi serta era industrialisasi 4.0, komunikasi lintas bahasa menjadi bagian penting dari interaksi sosial, terutama di kalangan anak muda. Salah satu fenomena menarik yang tumbuh di Indonesia adalah "Jaklish," yang menggabungkan komunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Istilah ini menggambarkan perpaduan antara dua bahasa yang semakin lazim digunakan oleh generasi muda, terutama Generasi Z, dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, frasa seperti "Besok hangout yuk" atau "Kok chat saya nggak di-reply?" sudah menjadi bagian dari komunikasi umum yang sering tidak disadari.
Fenomena seperti Jaklish merupakan contoh nyata dari fenomena linguistik yang disebut code-switching dan code-mixing. Menurut Hymes (1974), code-switching adalah pergantian penggunaan dua bahasa atau lebih dalam satu percakapan, baik pada level kata, frasa, maupun kalimat, yang dapat terjadi secara alami berdasarkan konteks sosial. Sementara itu, Bokamba (1989) mendefinisikan code-mixing sebagai pencampuran unsur dari dua sistem bahasa berbeda dalam satu percakapan.
Bagi Generasi Z, pencampuran bahasa ini bukan hanya tren, tetapi juga strategi komunikasi yang memudahkan interaksi. Terdapat beberapa alasan mengapa code-mixing dan code-switching sering digunakan:
-
Mengikuti tren komunikasi dan memudahkan identifikasi dengan kelompok sosial tertentu.
-
Menjelaskan konsep yang sulit dipahami dalam satu bahasa dengan menggunakan bahasa lain.
-
Meningkatkan kemampuan berbahasa bilingual untuk mempersiapkan diri di lingkungan global.
-
Memperkuat posisi dan negosiasi dalam dunia bisnis internasional.
-
Menghindari kecenderungan "kaku" dalam berkomunikasi.
Dalam konteks profesional, pencampuran bahasa menawarkan banyak keuntungan. Di era digital dan globalisasi, kemampuan untuk beralih bahasa dengan mudah membantu individu dalam negosiasi lintas budaya dan memperluas peluang bisnis. Pencampuran bahasa juga sering digunakan sebagai simbol solidaritas dalam kelompok sosial tertentu, yang dapat membantu menciptakan keterikatan emosional dalam hubungan bisnis atau personal.
Program Studi Sastra Inggris Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) memberikan mahasiswa wawasan mendalam mengenai peran bahasa dalam konteks profesional. Dengan mempelajari bagaimana bahasa dapat menjadi alat mediasi yang efektif, mahasiswa dipersiapkan untuk menghadapi tantangan komunikasi lintas budaya, serta memperluas karir di berbagai sektor industri.
Pencampuran bahasa bukan sekadar tren komunikasi, melainkan strategi efektif dalam membangun hubungan sosial dan profesional. Bagi Generasi Z, penggunaan code-mixing dan code-switching menawarkan fleksibilitas dalam berkomunikasi, baik di lingkup lokal maupun internasional. Melalui pendidikan yang tepat, seperti yang ditawarkan oleh UNDIRA, kemampuan ini dapat menjadi aset penting dalam dunia kerja yang semakin global dan kompetitif.
(Kornelia Johana / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Lainnya
.jpg)
Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru: Welcome to Hello Campus TA 2024/2025
Read more
Di Beranda UNDIRA dalam (NBO) Bedah Singkat Program Magang dan Kesempatan Kerja ke Jerman dengan Program “Ferienjobâ€
Read more.jpg)
Kartini Masa Kini: Semangat Kartini untuk Perempuan Generasi Z: Tantangan Beda, Semangat Tetap Sama
Read more
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432