Dalam merangkai sebuah argumen, seseorang akan merangkai ketepatan kata yang sepadan agar argumen yang diberikan mempunyai esensi yang profesional dan valid. Tentunya dalam merangkai sebuah argumen seseorang tidak hanya melihat seberapa banyak fakta yang bisa dimuat dalam satu argumen, sebuah argumen secara efektif untuk mempengaruhi, meyakinkan, atau memotivasi audiens. Maka dari itu diperlukan kefasihan estetika membawakan dan menuliskan kata sehingga dapat tercapainya komunikasi yang efektif. 

Sebagaimana yang telah diketahui, seseorang dapat merasa jenuh dengan adanya komunikasi yang terasa datar. Manusia memiliki retensi yang berbeda dalam menjaga fokus dalam suatu pembicaraan. Retorika juga berfungsi sebagai sebuah seni untuk “mengarahkan” lawan bicara agar mencapai kesepakatan yang terpadu dalam sebuah pembuatan kebijakan dan negosiasi.

Sebagai pembentuk kohesivitas dalam merangkai sebuah argumen, maka diperlukan ilmu bahasa dan komunikasi yang disebut Retorika. Retorika merupakan ilmu yang mencakup tata cara komunikasi dengan penataan bahasa. Retorika merupakan ilmu yang mengajari seseorang untuk mampu menyusun tata bahasa dan mempu mengeksekusikannya dalam percakapan dengan efektif tanpa membuat lawan bicara merasa bosan.

Dalam membuat sebuah argumen melalui penggunaan Retorika, pembicara dapat membujuk dengan mempertimbangkan tiga aspek; Logika, emosi, dan Etika/Kredibilitas pribadi yang menyampaikan sebuah argumen atau pidato.

Secara mendasar, seorang pembicara berusaha meyakinkan lawan bicara disarankan menggunakan beberapa penggunaan kata yang memiliki unsur estetika tertentu. Hal ini dikarenakan sebuah permainan kata dapat menciptakan sebuah ‘bobot’ dalam komunikasi agar mood atau vibes pembicaraan dapat terlihat profesional namun tidak kaku. Retorika juga dapat menentukan seberapa detail seseorang menguasai topik yang dibawakan ketika berbicara, berargumen, ataupun mempersuasi. 

Dalam relasinya kepada ilmu komunikasi dan bahasa umumnya dikaji dalam sebuah ruang lingkup komunikasi yang terbatas, pada kenyataannya retorika tidak hanya berpengaruh dalam skala kecil namun juga berpengaruh pada public speaking atau berpidato. 

Walaupun Retorika sekilas hanya terlihat sebagai bentuk permainan kata, Retorika tentunya memiliki beberapa pondasi yang mendukung pengembangan bahasa yang digunakan dalam Retorika tersebut agar sebuah pidato atau presentasi berjalan dengan efektif melalui alat-alat persuasi yang tersedia. Beberapa diantaranya ialah:

1. Retorika yang efektif harus mempertimbangkan sisi pendengar. Dalam perdebatan ataupun persuasi, terjadi komunikasi dua arah. Agar pembicaraan dapat berjalan dengan efektif, perlu dilakukan analisis terhadap preferensi pendengar sehingga pidato dapat disusun sedemikian rupa agar pendengar memberi respon seperti yang diharapkan.

2. Pembicara yang efektif dalam menggunakan retorika dalam pembicaraan dapat memberikan beberapa bukti untuk menguatkan presentasi.

3. Tentunya dalam sebuah penyampaian presentasi, seseorang menginginkan apa yang mereka sampaikan memberikan ‘long-lasting effect’ atau efek berkepanjangan pada para pendengar. Sebuah presentasi dapat memasukan beberapa permainan kata dalam memberikan efek berkepanjangan.

Sebagai bentuk pembekalan tata cara berkomunikasi dengan efektif dan tidak membosankan, maka Retorika merupakan salah satu hal terpenting terlebih lagi Ilmu Komunikasi dan Bahasa. Universitas Dian Nusantara yang menyediakan program Ilmu Komunikasi demi membekali para lulusan secara kompeten terlebih lagi pada dunia yang mengedepankan komunikasi di era industri 4.0 dan 5.0. Dengan metode pendidikan Universitas Dian Nusantara yang mengintegrasikan pengembangan lulusan yang Visioner, Integritas dan Profesional serta dikembangkan dengan pendidikan Ilmu Komunikasi dan Bahasa maka para lulusan tidak hanya berkembang secara akademik namun juga berkarakter.