html hit counter Mengurangi Ambiguitas, Mengatasi Hambatan Bahasa, dan Meningkatkan Perilaku Komunikasi - Universitas Dian Nusantara

Mengurangi Ambiguitas, Mengatasi Hambatan Bahasa, dan Meningkatkan Perilaku Komunikasi

08 Agustus 2024

Sebagaimana telah diketahui oleh banyak pihak, komunikasi memainkan peranan krusial dalam kelangsungan berbagai aktivitas kehidupan. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia sebagai makhluk sosial yang mencapai tujuan melalui kolaborasi, salah satunya dengan menggunakan komunikasi. Meskipun seringkali terabaikan dalam keseharian, komunikasi dan tindakan saling berintegrasi dan dapat menjadi penentu keberhasilan. 

Bahasa merupakan dasar fundamental dalam menciptakan komunikasi yang kohesif. Melalui bahasa, pengirim pesan dapat menyusun ide-ide secara sistematis sehingga penerima pesan mampu menginterpretasikan dan memahami maksud dari informasi yang disampaikan dengan lebih mudah. Namun demikian, ambiguitas tetap dapat muncul dalam beberapa konteks. Variasi latar belakang budaya dan bahasa antara para pembicara kerap kali menjadi faktor penyebab adanya ketidaksesuaian dalam pemahaman interaksi tersebut.

Dalam konteks komunikasi antar bahasa, seringkali akan terjadi distorsi atau gangguan dalam pemahaman pesan oleh pendengar. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap hal ini meliputi:

  1. Keterbatasan Bahasa: Perbedaan dalam pemahaman dan penggunaan bahasa antara pengirim dan penerima pesan dapat mengakibatkan misinterpretasi.

  2. Perbedaan Budaya: Variasi dalam nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan budaya dapat mempengaruhi penafsiran pesan.

  3. Perbedaan Konteks dan Pengalaman: Latar belakang, pengalaman, serta pengetahuan yang berbeda antara pengirim dan penerima juga dapat mempengaruhi cara pesan ditafsirkan.

  4. Keterbatasan Teknologi: Dalam komunikasi digital, masalah teknis seperti koneksi internet yang tidak stabil atau kualitas audio yang rendah dapat mengganggu penyampaian pesan. Selain itu, batasan pada mesin penerjemah—terutama saat menerjemahkan karakter kanji, hangul, atau mandarin dengan makna yang beragam akibat perbedaan kecil dalam tulisan—juga merupakan faktor penting dalam gangguan komunikasi antarbahasa.

Selain kendala eksternal yang telah disebutkan sebelumnya, berbagai aktivitas individu juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang dalam membentuk alur komunikasi secara efektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UNDIRA Kornelia Johana Dacosta, M.Ikom. dan  Dr. Ida Royani Damayanti , hambatan komunikasi antar budaya sangat dipengaruhi oleh perbedaan bahasa maupun kultur di antara para peserta komunikasi tersebut.

Dalam konteks komunikasi, individu memiliki berbagai teknik dan pertimbangan yang berbeda, yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kefasihan dalam berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, faktor psikologis juga dapat memainkan peran penting dalam perilaku komunikasi seseorang. Berdasarkan pemikiran B.F. Skinner (1938), cara seseorang mengekspresikan ucapannya dipengaruhi oleh respons terhadap stimulus tertentu. Dalam pengamatan tersebut, perilaku dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: Perilaku Nampak (overt behaviour) dan Perilaku Tidak Nampak (inert behaviour). Kedua tipe perilaku ini memiliki dampak signifikan terhadap motivasi individu dalam melakukan komunikasi.

Dalam konteks komunikasi antarbudaya, latar belakang psikologi dan perbedaan nasionalitas dapat mempengaruhi kepercayaan diri individu, khususnya di kalangan Warga Negara Asing (WNA) yang berada di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa strategi dapat diterapkan:

  1. Mengurangi Konfirmasi Bias: Upaya untuk memperkecil konfirmasi bias akan membantu menghilangkan persepsi negatif yang mungkin ada saat mencoba berkomunikasi dalam bahasa dan budaya yang berbeda.

  2. Meningkatkan Kemahiran Bahasa: Praktek secara aktif dalam pembelajaran bahasa target, termasuk penguasaan aksen dan logat tertentu, sangat dianjurkan.

  3. Menumbuhkan Sikap Mindfulness: Mengembangkan kesadaran terhadap interaksi publik serta bersikap terbuka terhadap berbagai bentuk interaksi sosial—baik formal maupun informal—merupakan hal yang penting.

Dengan demikian, kemampuan adaptabilitas individu menjadi kunci utama dalam menjalin komunikasi efektif antar warga dengan variasi budaya dan nasionalitas. Diharapkan bahwa para pendatang mau belajar tentang budaya setempat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai konteks negara tersebut serta dinamika sosialnya. Proses pembelajaran ini tidak hanya akan memberikan wawasan mengenai cara anggota masyarakat berkomunikasi tetapi juga berfungsi untuk mengurangi ambiguitas dalam interaksi verbal. Hal ini menjadi semakin relevan di era globalisasi dan industri 5.0, dimana peluang kolaborasi lintas negara semakin terbuka lebar.

Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) adalah institusi pendidikan yang berfokus pada penelitian di berbagai bidang, termasuk keilmuan sosial dan komunikasi profesional. Dengan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai pembelajaran serta kolaborasi dalam pengembangan strategi komunikasi, UNDIRA memberikan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi kesempatan untuk mempelajari berbagai aspek komunikasi secara holistik. Tujuan ini mendukung terciptanya hubungan yang harmonis dan kooperatif antar etnis, ras, dan bangsa.

(Sekar Ayu Putri / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432