Pada umumnya terdapat suatu penjabaran bahwa kecerdasan adalah suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dlaam menyerap pembelajaran baik secara akademis dan praktikal. Namun seiring perkembangan penelitian, ditemukan bahwa tolak ukur suatu kecerdasan bukan hanya terdapat pada taraf seberapa banyak individu bisa menyerap pembelajaran namun juga melalui aspek emosional dan spiritual yang memungkinkan individu untuk menumbuhkan kecerdasan emosional.

Intelligence Quotinent dan Emotional Quotinent atau yang lebih dikenal dengan sebutan IQ dan EQ merupakan salah satu sistem pengukuran kompetensi yang diterapkan oleh Alfred Binet, seorang psikolog dari Perancis pada abad ke 20. Sistem yang diterapkan ini sudah menjadi tetapan mayoritas institusi baik dalam pendidikan maupun pekerjaan dalam proses seleksi melalui tes ujian masuk sekolah-perguruan dan tes TKPD. 

IQ merupakan skala pengukuran kemampuan intelektual seseorang yang dinilai melalui tes standar yang mencakup berbagai aspek kognitif seperti penalaran logis, pemecahan masalah, pemahaman verbal, dan kemampuan matematis. Nilai IQ pada dasarnya digunakan untuk menilai potensi akademis dan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah kompleks. Tes IQ melibatkan berbagai subtes yang mengukur kemampuan bahasa dan logika.

EQ merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan mengatur emosi diri sendiri serta emosi orang lain. Ini mencakup kesadaran diri, pengelolaan diri, empati, motivasi diri, dan keterampilan sosial. EQ berperan penting dalam membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat, serta efektif dalam kerja tim dan kepemimpinan. Dengan adanya pengembangan EQ, maka terlatihlah kemampuan seseorang dalam mengolah emosi. 

Melalui salah satu karya tulis yang dipublikasikan oleh Prof. Dr. H. Suharyadi menjelaskan bahwa disamping keterampilan kognitif, pembentukan kecerdasan emosional akan mendorong karakterisasi seseorang. Dalam bukunya Prof. Suharyadi menyampaikan “ketahuilah menghayati penderitaan orang lain itu akan mengasah rasa kemanusiaan kalian.” 

Dalam dunia nyata pekerjaan, selain keberadaan kecerdasan akademik diperlukan juga keseimbangan dalam mengelola emosi. hal ini dikarenakan kecerdasan hanya dapat membawa seseorang sejauh apa yang mereka pikirkan.  

Keseimbangan antara IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) sangat penting dalam mencapai kesuksesan dalam pekerjaan. IQ yang tinggi membantu seseorang dalam memecahkan masalah kompleks, berpikir analitis, dan menangani tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran kreatif dan strategis. 

Di sisi lain, EQ yang tinggi memungkinkan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan rekan kerja, mengelola konflik, dan membangun hubungan yang baik di lingkungan kerja. Kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi tidak hanya meningkatkan produktivitas pribadi, tetapi juga mendukung kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, memimpin dengan efektif, dan bekerja dalam tim.

Tentunya pemberdayaan pelajar sudah menjadi tanggungjawab sebuah civitas akademik agar dapat melahirkan lulusan yang kompeten dalam perubahan era yang cepat. Sebagai salah satu dari program Kampus Merdeka yang mendukung kebebasan dan fleksibilitas mahasiswa terhadap pengembangan dan inovasi dunia pendidikan. 

Maka dari itu sebagai kampus yang berpedoman pada program Kampus Merdeka, Universitas Dian Nusantara merupakan kampus yang menyediakan fasilitas bagi para mahasiswa untuk mengembangkan potensi dan inovasi. Selain adanya pencapaian akademik, Universitas Dian Nusantara juga menjujung tinggi pengembangan lulusan berkarakter agar tidak hanya menjadi lulusan yang unggul dalam akademik, namun juga menjadi lulusan yang berkarakter dalam dunia kerja.