Banjir Bandang Sumatra: Pembelajaran Penting Generasi Muda tentang Kesadaran dan Lingkungan Kepedulian
Bencana Alam merupakan sebuah misfortune atau kemalangan yang dapat terjadi kapanpun, dimanapun dan dalam berbagai bentuk yang bervariasi. Sebagaimana yang kita semua pahami, bencana alam dapat terjadi dikarenakan adanya kelalaian manusia dalam merawat ekosistem, atau kondisi meteorologi dan geofisika yang tidak stabil.
Disamping menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan fasilitas yang dapat mencapai angka ratusan hingga triliunan Rupiah, Bencana Alam pada dasarnya juga mampu meninggalkan luka psikologis berkelanjutan kepada jiwa yang selamat sebagai rekam sejarah bencana alam tersebut.
Kawan UNDIRA tentunya tidak lupa dengan salah satu bencana terbesar yang sempat melanda wilayah Sumatra pada tahun 2004 lalu, yakni Gempa dan Tsunami Aceh. Bencana tersebut telah menelan ratusan ribu jiwa, merusak berbagai fasilitas serta meninggalkan sejarah yang sampai saat ini bahkan masih teringat oleh warga Aceh dan bahkan luar negeri.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada akhir bulan November, Indonesia kembali berduka dengan kabar bencana alam yang menimpa warga Sumatra. Bencana Alam berupa banjir bandang beserta longsor diiringi dengan potongan kayu yang terbawa arus telah terjadi, memberikan dampak signifikan kepada mayoritas keluarga dan masyarakat di Sumatra, terutama di daerah Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Per-tanggal 05 Desember 2025, tercatat sebanyak kurang lebih 3,3 juta warga turut merasakan dampak bencana, dan lebih 893 nyawa yang telah berpulang ke sisi Yang Maha Esa, 521 Jiwa yang hilang dan 4.200 jiwa yang terluka.
Selain itu kerugian lainnya berupa rusaknya puluhan ribu sarana dan prasarana masyarakat sekitar, serta kerusakan masif terhadap ekosistem yang menopang keanekaragaman hayati. Menurut beberapa sumber, hal tersebut terjadi dikarenakan adanya deforestasi atau penggundulan hutan.
Bencana ini menyebabkan banyak akses menuju mayoritas daerah Sumatra yang terputus sehingga masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan akses bantuan dan juga akses evakuasi untuk keluar dari daerah terdampak. Tidak sedikit pula fasilitas warga yang akhirnya mengalami kerusakan ringan hingga berat, serta terjadinya penjarahan karena situasi di lokasi bencana yang sulit untuk mendapatkan kebutuhan pokok.
Menyikapi kondisi bencana yang telah menimpa warga Sumatra, Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) turut menyerukan panggilan kemanusiaan bersama kawan UNDIRA serta masyarakat sekitar. Kami mengundang seluruh masyarakat untuk turut serta mewujudkan solidaritas nyata melalui donasi beserta apapun yang kalian para pembaca dapat sumbangkan kepada sanak saudara kita di Sumatra.
Kejadian yang menimpa warga Sumatra merupakan bukti dari teori Rob Noxin dari Princeton University terhadap konsep Slow Violence, yang menjelaskan ketidakacuhan manusia terhadap preservasi alam sehingga berangsur menghancurkan apa yang seharusnya menjadi kewajiban kita kepada alam, sebagaimana alam telah memberikan resource kepada kita.
Bersama yakinlah kita dapat melalui krisis ini, there will be better days to come, marilah bersama kita jadikan bencana ini sebagai refleksi moral atas bagaimana kita - umat manusia seharusnya tidak hanya bertindak berdasarkan logika demi meraih keuntungan semata, namun kita juga turut harus menggunakan nurani demi menciptakan sinergi lebih baik untuk sesama dan alam sekitar kita.
Sumber Referensi:
Banjir bandang Sumatra: Kekerasan tak terlihat yang menjadi bom waktu mematikan
Rekapitulasi Data Korban Bencana Banjir Bandang Sumatra 2025 - BNPB
(Danang Respati Wicaksono / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432