html hit counter Quiet Covering: Menyembunyikan Ekspektasi dan Jati Diri Untuk Berbaur Dengan Sekitar - Universitas Dian Nusantara

Quiet Covering: Menyembunyikan Ekspektasi dan Jati Diri Untuk Berbaur Dengan Sekitar

Dilihat : 146
08 Oktober 2025

Dunia kerja merupakan lingkungan yang mengarahkan seseorang untuk dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sifat dunia kerja yang memiliki tingkat keberagaman yang berbeda, mulai dari ideologi masing-masing individu yang ditemui sampai dengan generation gap. 

Namun ditengah ruang kerja yang inklusif dan mendukung keberagaman, kini muncul fenomena “Quiet Covering”. Fenomena ini secara tidak kasat mata menjadi tantangan baik bagi perusahaan maupun teamwork setiap unit kerja. 

Quiet Covering mengarah pada sikap seseorang dalam menyembunyikan atau mengecilkan kelebihan maupun identitas pribadi mereka agar dapat membaur sekaligus menyesuaikan diri dengan mudah di lingkungan kerja. Quiet Covering sendiri dapat terlihat pada tingkah laku yang kaku dan terlalu formal, keyakinan atau hal pribadi lainnya. 

Pada saat ini fenomena Quiet Covering sedang menjadi topik yang hangat sekaligus diperhatikan secara seksama, terutama bagi kalangan Generasi Z. Meskipun Gen Z dikenal dengan budaya otentik beserta cenderung vokal dalam berekspresi, namun pada saat ini mereka memilih untuk menutupi jati diri dan lebih selektif dalam menuangkan bakat tersembunyi di lingkungan kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti; 

  1. Menghindari pelabelan stereotip, diskriminasi dan juga penghakiman oleh atasan beserta rekan kerja lainnya

  2. Menjaga hubungan profesional antar rekan kerja, serta keharmonisan dalam ruang kerja

  3. Meningkatkan peluang karir dan recognition of efforts dalam bertugas secara profesional

  4. Mengurangi adanya konflik yang dapat mengganggu alur pekerjaan

  5. Menghindari resiko adanya beban berlebihan yang diberikan diluar jobdesk

Menurut salah satu Ahli Hukum (Legal Scholar) sekaligus Chief Justice Earl Warren Professor of Constitutional Law di New York University School of Law, Kenji Yoshino dalam pemaparannya mengungkapkan meskipun dalam dunia kerja sikap profesional merupakan fokus utama, namun keberadaan ragam budaya yang mencerminkan otentisitas diri dapat mendorong perkembangan diri lebih jauh. 

Meskipun dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri dan membentuk citra profesional, Quiet Covering jika dilaksanakan terus menerus akan menimbulkan stress yang berkepanjangan serta berbahaya jika bertumpuk, dan pada akhirnya dapat menimbulkan penurunan kinerja sekaligus teamwork. Namun beberapa cara untuk menanggapi Quiet Covering meliputi;

  1. Membangun Ruang Lingkup Kerja yang Aman 

Dalam bekerja, kita tidak hanya menjadi entitas yang loyal namun juga merupakan individu yang memiliki aspirasi. Disaat yang sama lingkungan kerja juga disarankan untuk menciptakan keleluasaan bagi para individu untuk dapat menunjukan sisi rentan tanpa adanya ultimatum yang menunggu di hadapan mereka. 

Hal tersebut dapat dibangun dengan adanya komunikasi yang terbuka dan mindful terhadap perbedaan budaya, hobi, ataupun rasa - namun tentunya semua harus berdasarkan atas kaidah profesionalisme, 

  1. Lakukan Self Reflection

Refleksikan bagian dari diri yang sering “tutup” atau ubah demi kenyamanan sosial (misalnya gaya bicara, keyakinan, atau ekspresi budaya). Setelah itu, pilihlah bagian otentik dari diri kalian yang dapat menunjang kinerja.

  1. Tingkatkan Dukungan Terhadap Mental Awareness

Tidak semua harus berjalan dengan output 100% dan tidak semua emosi harus terpendam. Saat ini di tengah tekanan sosial dan ekonomi, kesehatan mental dan burnout sudah bukan lagi menjadi hal tabu atau yang dapat dipermalukan. Maka dari itu, demi meningkatkan keharmonisan dalam lingkungan kerja, perlu dinormalisasikan anti-judging dan penciptaan rasa aman. 

Dalam menghadapi fenomena Quiet Covering yang kian marak di lingkungan profesional, penting bagi kita semua untuk mempersiapkan diri tidak hanya dengan kompetensi teknis, tetapi juga dengan kemampuan berpikir terbuka dan adaptif terhadap keberagaman. 

Di tengah dunia kerja yang dinamis dan penuh turbulensi, kemampuan untuk tetap autentik sekaligus menghargai perbedaan menjadi kunci dalam membangun kolaborasi yang sehat. Nilai-nilai inilah yang senantiasa ditanamkan oleh Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai generasi profesional yang kompeten, open-minded, dan tangguh dalam menghadapi dunia kerja yang terus berubah. 

Melalui visi Visioner, Integritas, dan Profesional, UNDIRA berkomitmen membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran sosial serta kepekaan terhadap dinamika keberagaman di tempat kerja. Selain itu Biro Karir dan Alumni UNDIRA turut berkomitmen dalam mempersiapkan individu yang tidak hanya profesional dan berintegritas, namun juga bernilai otentik dalam keahliannya sekaligus open-minded dalam berkarir kelak melalui serangkaian seminar dan seri konsultasi karir yang bekerja sama dengan Kinobi, untuk memberikan saran-saran terbaik bagi Mahasiswa UNDIRA. 

Sumber Referensi: 

Kenji Yoshino, Uncovering Talent: The Power of Authenticity - TED Talk Youtube

Apa itu Istilah Quiet Covering? - RRI News and Articles

(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

humas@undira.ac.id

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Lainnya

Kampus Tanjung Duren

Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1

Grogol, Jakarta Barat. 11470

Kampus Green Ville

JIn. Mangga XIV No. 3

Kampus Cibubur

Jln. Rawa Dolar 65

Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432