Perkembangan Teknologi Informasi (IT) dan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi langkah strategis dalam membangun masa depan yang lebih efisien, adaptif, dan berkelanjutan. Namun, di balik kemajuan tersebut, muncul tantangan serius seperti risiko kehilangan lapangan kerja, meningkatnya serangan siber, hingga isu etika penggunaan data.

Menanggapi tantangan sekaligus peluang ini, Program Studi Informatika Universitas Dian Nusantara (FTI UNDIRA) mengadakan Kuliah Tamu bertajuk “Pemanfaatan IT dan AI dalam Pengembangan Smart City yang Aman dan Berkelanjutan” pada 14 Juni 2025 di Aula Kampus UNDIRA, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa Program Studi Teknik Informatika dengan penuh antusiasme. Kuliah Tamu ini juga merupakan bagian dari implementasi kerja sama antara FTI UNDIRA dan PT Javawebmedia Edukasi Indonesia, yang bertujuan memperkuat wawasan mahasiswa terhadap peran teknologi dalam pembangunan kota masa depan dan dunia kerja berbasis digital.

Kuliah ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yakni Bapak Andoyo S.PdI, MTI. (Creative Director & Founder PT Javawebmedia, Edukasi Indonesia) dan Bapak Dr. Koko Bahrudin (CTO Indonesia AI-ID). Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Teknik dan Informatika, Ibu Desi Rahmayanti, S.Kom., M.T., menekankan pentingnya sikap bijak dalam menggunakan AI. “Jadikan AI sebagai kerangka berpikir, bukan sebagai pengganti akal kita. Teknologi seharusnya memperkuat kemampuan manusia, bukan membuat kita berhenti berpikir,” ujar beliau.

Dalam sesi pemaparan, Bapak Dr. Koko Bahrudin menjelaskan bahwa keamanan jaringan digital membutuhkan tiga komponen utama: availability (ketersediaan), integrity (integritas), dan confidentiality (kerahasiaan). Menurutnya, sistem keamanan tidak hanya bertugas menjaga dan bersiap dalam menyimpan sekaligus menyediakan data yang ada kepada para pengguna, tetapi juga harus mampu mendeteksi dan mencegah serangan seperti malware, phishing, DDoS, hingga ransomware. 

Beliau juga mengingatkan akan bahaya social engineering, dimana peretas memanipulasi psikologis korban untuk memperoleh informasi sensitif secara sukarela.

Lebih lanjut, beliau menyoroti bagaimana AI kini menjadi tulang punggung sistem keamanan jaringan modern. Dengan teknologi seperti Security Onion, Kitsune, dan DeepIDS, pemantauan jaringan dapat dilakukan secara real-time, sekaligus mendeteksi anomali secara otomatis. Selain itu, AI memungkinkan korelasi data dari berbagai sumber serta mempercepat proses investigasi melalui graph database.

Sementara itu, Bapak Andoyo S.PdI, MTI. menekankan pentingnya AI dalam pengembangan Smart City, yakni kota yang dikelola dengan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup, efisiensi layanan publik, serta keberlanjutan. Salah satu pilar penting dari Smart City adalah Smart Governance—tata kelola pemerintahan yang transparan, efisien, dan berbasis teknologi. Beliau menjelaskan bahwa integrasi data antar-instansi, penggunaan cloud system seperti Oracle, serta adopsi platform digital dapat memperkuat konektivitas antara pemerintah dan masyarakat secara langsung.

Oracle, lanjut Andoyo, mendukung interaksi publik melalui chatbot dan sistem data yang terpusat, menjadikannya fondasi penting dalam mewujudkan smart governance yang adaptif dan partisipatif. Namun, Beliau mengingatkan bahwa untuk menjalankan ekosistem digital yang utuh, diperlukan pula kesadaran etis dari tiap individu.

Dengan hadirnya teknologi yang semakin kompleks, mahasiswa dan masyarakat diharapkan menjadi pengguna yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga bijaksana secara etika. Sebab, teknologi yang digunakan tanpa pertimbangan sosial dapat berdampak luas terhadap lingkungan sekitar.

Melalui kuliah tamu ini, mahasiswa tidak hanya memahami teknologi sebagai alat, tetapi juga sebagai tanggung jawab bersama dalam membentuk masa depan digital yang aman, inklusif, dan berkelanjutan.