Lebih dari Sekadar Menyumbangkan Hewan: Iduladha Mendidik Hati untuk Ikhlas dan Berkorban demi Menjadi Pribadi yang Mulia

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim di seluruh dunia merayakan Iduladha—Hari Raya Kurban—dengan penuh suka cita dan kekhusyukan. Pada saat terebut, malam-pun ditandai dengan gema Takbir hingga hari-hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah).
Namun, dibalik penyembelihan hewan kurban—seperti sapi, kambing, domba, unta, atau kerbau—yang dagingnya dibagikan kepada yang membutuhkan, Iduladha mengandung makna yang relatable bagi kita semua. Iduladha bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan kisah tentang cinta, pengorbanan, dan keikhlasan yang menggugah jiwa. Sebuah teladan abadi tentang bagaimana menjadi pribadi yang mulia.
Hari Raya Iduladha bersumber dari kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Saat diutus untuk menyebarkan ajaran tauhid di tengah masyarakat penyembah berhala, Nabi Ibrahim yang telah lanjut usia akhirnya dianugerahi seorang anak laki-laki dari Siti Hajar. Ismail menjadi sumber kebahagiaan sekaligus harapan bagi Nabi Ibrahim.
Namun, ujian berat datang. Dalam tidurnya, Ibrahim menerima mimpi yang diyakininya sebagai wahyu dari Allah SWT: perintah untuk menyembelih anaknya sendiri. Dalam dilema antara cinta sebagai ayah dan ketaatan sebagai hamba, Ibrahim menyampaikan perintah itu kepada Ismail. Respons Ismail pun luar biasa:
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS. As-Shaffat: 102).
Setibanya di lembah Mina, pada saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah SWT menggantikan posisi anaknya dengan seekor domba jantan—sebagai bukti bahwa mereka telah lulus ujian iman.
Kisah ini tak hanya berbicara soal ketaatan religius. Jika ditinjau secara psikologis, nilai-nilainya sangat relevan dengan dinamika kehidupan manusia modern. Menurut pendapat Sigmund Freud, manusia digerakkan oleh tiga aspek utama: id, ego, dan superego. “Id” adalah bagian dari diri yang mendorong keinginan instan—ingin memiliki, ingin diakui, ingin meraih kesenangan.
Jika "id" dibiarkan mendominasi, ia bisa mendorong kita ke gaya hidup hedonistik: euforia palsu, ketergantungan pada validasi sosial, dan fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Di sinilah nilai-nilai Iduladha menjadi penting—mengajarkan bahwa ketenangan sejati bukan dari memuaskan semua keinginan, tapi dari kemampuan untuk melepaskan, mengendalikan diri, dan berikhlas hati.
Di tengah dunia yang penuh pencitraan, hedonisme, dan tekanan media sosial, semangat kurban menjadi semakin relevan. Sacrifice atau pengorbanan bukan lagi soal menyembelih hewan saat Iduladha semata, melainkan tentang kemampuan menunda kesenangan, keluar dari zona nyaman, serta melepaskan ego dan ekspektasi yang tidak sehat demi tujuan yang lebih besar.
Dalam prinsip manajemen finansial, ini dikenal sebagai Opportunity Cost—bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi dan nilai banding. Demikian pula dalam hidup: setiap detik adalah soal memilih mana yang layak diperjuangkan, dan mana yang perlu dikorbankan demi masa depan yang lebih bermakna.
Semangat Iduladha sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung Universitas Dian Nusantara (UNDIRA): visioner, integritas, dan profesionalisme. Dalam proses pendidikan dan kehidupan kampus, mahasiswa dan dosen ditantang untuk tidak hanya mengejar hasil, tetapi juga membangun proses yang bermakna dan penuh kejujuran. Apa yang kita korbankan hari ini—waktu, tenaga, atau bahkan ego—jika dilakukan dengan niat yang benar, dan penuh kesabaran akan berbuah keberkahan yang tak ternilai.
(Sekar Ayu / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432