Tidak terasa, kita kembali menyambut Hari Buruh Nasional yang jatuh pada 1 Mei 2025. Hari Buruh Internasional, atau yang dikenal sebagai May Day, merupakan momen yang mengingatkan sejarah dan perjuangan para pekerja dalam meraih hak dan kesejahteraan baik secara finansial maupun mental. Di Indonesia, hari ini menjadi simbol solidaritas dan refleksi bersama atas hubungan antara pekerja dan perusahaan.

Setiap tahun, Hari Buruh hadir sebagai waktu untuk mengevaluasi hubungan kerja, mengingatkan kedua pihak akan hak dan kewajiban masing-masing. Pada akhirnya, kesadaran ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

Momentum ini juga menjadi pengingat akan semangat perjuangan kaum pekerja di seluruh dunia dalam menuntut keadilan. Namun, tantangan baru terus muncul di era globalisasi, seperti; pengaruh AI yang mengancam berbagai sektor pekerjaan, sampai dengan distribusi jam kerja dan peran yang kurang seimbang dengan deskripsi awal pekerjaan tentu membayangi benak para pekerja. Lantas, Budaya kerja yang dikenal sebagai Fenomena “palugada” (apa lu mau, gua ada) tentusaja menjadi topik hangat terutama di kalangan Generasi Z demi meminimalisir tingkat eliminasi, terutama di era saat ini. 

Salah satu Ide yang menjelasakan pentingnya keseimbangan dalam menjalani dunia kerja, yakni Diminishing Returns menjelaskan bahwa penambahan jam atau beban kerja secara berlebihan justru dapat menurunkan kualitas hasil kerja. Hal ini juga terlihat di sektor industri kreatif, di mana tekanan berlebihan seperti “content milking” tanpa jeda dapat melemahkan fokus dan kreativitas individu, sehingga mengurangi hasil karya terbaik mereka.

Menjaga Keseimbangan Work-Life Balance di tengah kebutuhan ekonomi yang mendesak tentu tidak dapat dihiraukan. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sering kali terabaikan oleh sebagian pekerja. Padahal, keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan mental, fisik, dan emosional karyawan, yang berdampak positif pada kinerja jangka panjang. Perusahaan yang mendukung budaya kerja sehat juga akan mendapatkan manfaat dari loyalitas dan kreativitas karyawan. Oleh karena itu, menciptakan budaya kerja yang mendukung work-life balance merupakan investasi penting bagi keberhasilan bersama.

Hari Buruh tidak hanya relevan bagi para pekerja, tetapi juga bagi institusi pendidikan dan mahasiswa. Dunia kerja saat ini bukan hanyai sekadar keahlian teknis; namun sikap menghargai hak dan kewajiban antar pihak, etos kerja, serta kemampuan beradaptasi menjadi kunci sukses. Selain itu, sebagai para agent of change, mahasiswa merupakan pionir yang dapat membangun dan me-restrukturalisir berbagai kebijakan untuk masa depan bangsa dan negara.

Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter mahasiswa, termasuk dalam memahami keadilan, hak asasi pekerja, dan tanggung jawab sosial. Mahasiswa yang memiliki integritas dan kesadaran moral akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, produktif, dan berkelanjutan. Semangat ini sejalan dengan nilai-nilai Hari Buruh yang menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak pekerja dan kesejahteraan bersama.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan Hari Buruh mengajarkan kita bahwa kemajuan bangsa tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja. Kolaborasi antara pekerja, pengusaha, pemerintah, dan akademisi menjadi kunci untuk menciptakan sistem ketenagakerjaan yang adil dan berkelanjutan. 

"Mari kita kerja keras, KERJA CERDAS menuju masa depan Ilmu dan Sains!" - Hymne UNDIRA

Selamat Hari Buruh 2025! Semoga semangat perjuangan para pekerja terus menjadi inspirasi, khususnya bagi mahasiswa dan seluruh civitas akademika Universitas Dian Nusantara, untuk membangun masa depan yang lebih baik. Percayalah pada proses dan percayalah bahwa suatu saat perjuangan kerja anda akan mendapatkan titik terang.