Get what you need, not what you want - You Only Live Once (YOLO) dan You Only Need One (YONO), merupakan dua akronim baru populer yang muncul pada awal tahun 2025. YOLO dan YONO sendiri merupakan pola pikir kritis sebagai respon terhadap pengaruh lifestyle, terutama budaya kesadaran finansial terutama pada masa kini yang dipenuhi inflasi dan ketidakstabilan ekonomi. 

Kedua pola pikir tersebut awalnya bermula dari beberapa pemuda Korea Selatan, salah satunya Choi Ye-Bin yang berusia 27 tahun. Melalui pencatatan reguler terhadap segala jenis pengeluaran mulai dari listrik, air, dan kebutuhan sehari-hari, Choi Ye-Bin mulai memikirkan bagaimana cara memprioritaskan pengeluarannya sekaligus dampak perubahan ekonomi dalam jangka panjang.

YOLO adalah pemikiran yang menekankan pada menikmati hidup saat ini tanpa takut mengambil risiko, sedangkan YONO merupakan pola pikir yang memfokuskan perencanaan dan kehati-hatian terutama dalam finansial.

Pendekatan YOLO dapat meningkatkan kepuasan hidup. Studi dari Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam aktivitas baru dan menantang cenderung melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Selain itu, banyak mayoritas masyarakat yang setuju pada opini bahwa “experience is the best teacher”.

Namun, seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab, seseorang perlu memilah antara kebutuhan dan keinginan serta merencanakan keuangan jangka panjang. Seseorang yang memiliki Impulsive Buying Habit, mereka cenderung membeli banyak hal yang bukan menjadi prioritas utama atau memiliki value jangka panjang. Selain itu sebagian kesalahan terdapat pada pengaruh sosial media trend yang turut mengundang generasi muda untuk membeli banyak barang dikarenakan faktor estetika dan juga Fear of Missing Out (FOMO).

Di sisi lain, berbeda dari pemikiran YOLO, YONO menekankan efisiensi sekaligus penghematan pada kebutuhan daripada keinginan melalui minimalisme dan self contol. Pemikiran ini mendorong seseorang untuk mengontrol diri dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan jangka panjang. Pada Intinya, pola pikir YONO menekankan pentingnya quality over quantitiy dalam transaksi. 

Dengan memahami konsep YONO, seseorang dapat dengan bijak:

• Memprioritaskan Kebutuhan: Pertimbangkan apa yang benar-benar dibutuhkan dan apa yang hanya merupakan keinginan sesaat.

• Membuat Rencana Jangka Panjang: Tetapkan tujuan jangka panjang dan buat rencana untuk mencapainya. Ini akan membantu menghindari keputusan impulsif.

• Mengevaluasi Keputusan: Tinjau kembali keputusan untuk belajar dari pengalaman dan memperbaiki strategi di masa depan.

Walaupun “self reward” merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap pencapaian diri (baik itu bagi pekerja atau pelajar), perencanaan jangka panjang demi menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi harus menjadi prioritas utama. 

Sebagai mahasiswa yang akan beranjak ke tahap kehidupan yang lebih tinggi, sudah sewajarnya pengeluaran dapat diseleksi lebih baik. Melalui pemikiran YONO, tidak hanya mahasiswa dilatih untuk menjaga impulsif buying mereka, namun YONO juga mengajarkan fokus demi pencapaian finansial freedom jangka panjang.

Dengan mengetahui pentingnya literasi finansial, terlebih lagi bagi para mahasiswa, Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) turut mendukung edukasi literasi finansial melalui berbagai kegiatan pengembangan diri dan pengelolaan keuangan. UNDIRA memotivasi mahasiswa yang berpedoman Visioner, agar dapat mengembangkan kebijaksanaan yang berfokus pada kebutuhan nyata, bukan sekadar keinginan.

Dalam waktu dekat, tepatnya Senin, 13 Januari 2025, UNDIRA akan melaksanakan Talkshow Financial Clinic dimana mahasiswa berkesempatan untuk mengetahui dan berbincang terkait optimisasi keuangan dengan baik. Hidup yang lebih terorganisir dan bertanggung jawab adalah kunci untuk mencapai keseimbangan antara keinginan menikmati hidup dan menjaga stabilitas di masa depan.