Fotografi dan Estetika: Peluang Menarik Dalam Sebuah Frame

Dengan banyaknya kenaikan traffic pada sosial media mengenai berbagai topik dan event exhibition yang diadakan, maka tidak bisa dipungkiri bahwa akan adanya kenaikan terhadap dokumentasi yang dibutuhkan sebagai bahan publikasi. Selain adanya kenaikan traffic sosial media dan event exhibition, faktor lain seperti antusiasme publik terhadap budaya publikasi sosial media seperti konten making membuat peluang fotografi semakin hidup.
Dalam era digital yang memberikan kemudahan akses data pada genggaman melalui smartphone, tablet, dan laptop sudah tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai sebuah profesi, fotografi adalah salah satu pekerjaan yang diminati walaupun adanya keberadaan Artificial Intelligence (AI).
Hal ini dikarenakan beberapa gambar yang dihasilkan oleh AI dapat terlihat tidak natural ataupun mengalami dimorphisme (kesalahan penempatan bagian tubuh) jika prompt yang dihasilkan terlalu rancu ataupun terlalu spesifik. AI seperti LoraAI dan Stable Diffusion jika diberikan gambar atau prompt yang salah maka akan menghasilkan gambar yang kurang menarik. NFT (Non Fungable Tokens) yang menghadirkan adanya foto buatan AI pun tidak berkembang secara linear dan akhirnya mulai ditinggalkan banyak penggunanya. Hal tersebut dikarenakan hasil foto yang dihasilkan oleh NFT berupa ‘Bored Ape’ merupakan rekayasa yang sama tanpa adanya originalitas.
Fotografi manual kerap kali menghasilkan karya yang lebih otentik daripada fotografi berbasis AI karena melibatkan keterampilan, kepekaan, dan keahlian pribadi fotografer. Dalam fotografi manual, setiap elemen dari pemilihan komposisi, pengaturan pencahayaan, hingga proses pengembangan film yang mewakili keputusan dan kreativitas individu. Hal ini menciptakan karya yang unik dan mencerminkan perspektif dari kedua belah pihak yakni; subjek foto dan visi pribadi fotografer.
Dengan adanya media sosial sebagai mediator dan mengakomodasi hasil foto sebagai media dokumentasi, kehadiran sosial media merupakan lebih dari sebuah pemenuhan kebutuhan informasi. Keberadaan sosial media sebagai pengembangan self branding melalui foto yang diambil juga dapat menjadi jembatan dari para kreator muda Generasi Z untuk menghasilkan laba dan pengalaman dari sebuah hobby.
Fotografi menjadi salah satu kegiatan produktif yang sedang prominen khususnya pada kalangan Generasi Z. Fotografi mengaplikasikan unsur seni dan operasional teknologi, karena kedua kombinasi tersebut memberikan peluang kebebasan dalam mengelola hasil gambar melalui adanya software yang digunakan seperti adobe photoshop, adobe after effects ataupun illustrator.
Dunia fotografi menawarkan fleksibilitas dalam pekerjaan baik sebagai pekerja freelance, jurnalis, wedding photographer, event photographer, ataupun fotografer komersial. Selain itu dengan banyaknya trend event yang mengimplementasikan budaya atau trend tertentu sebagai bentuk estetika agar terdapatnya unsur otentisitas, maka secara otomatis akan meningkatnya permintaan konten visual.
Seseorang dapat membuka suatu bisnis studio foto khusus ataupun membuka jasa crew fotografi dengan bekal beberapa peralatan fotografi. Pada masa kini, hal ini cenderung lebih menjadi preferensi para grup muda karena banyaknya event tertentu seperti konser dan event bertemak karena popularitasnya.
Jika seseorang ingin menjadikan hobby fotografinya sebagai sebuah peluang tambahan sampingan bersifat pasif, maka terdapat beberapa platform yang menyediakan ruang untuk mengubah hasil fotografi menjadi profit;
-
Shutterstock
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa Shutterstock telah menjadi salah satu platfom yang disukai oleh fotografer dan penyuka seni digital. Para fotografer bisa membuat akun dan menempatkan hasil fotografi mereka di platform tersebut tanpa adanya pungutan biaya.
-
Getty Images
Sama seperti Shutterstock, Getty Images mempunyai teknikalitas yang sama dalam mekanisme profit. Pada website Getty Images, dijelaskan bahwa terdapat royalty fee dari pembelian karya yang dipasang sebesar 15% untuk foto dan 20% untuk format video.
Fotografi tidak hanya menangkap momen, tetapi juga mampu menyampaikan cerita, emosi, dan pesan, menjadikannya sarana komunikasi yang kuat dan berpengaruh di masyarakat. Sesuai nasehat dari salah satu Wakil Rektor UNDIRA Dr. Ir. Muhammad Hasan Toyib, M. M. bahwa “dalam foto tidak hanya tersampaikan suatu gambar, namun juga emosi dan esensi orang yang ada dalam foto tersebut”. Maka dari itu bagi mahasiswa Universitas Dian Nusantara, berswafoto dapat menjadi peluang yang bukan hanya sebagai bentuk pekerjaan dan penambah portfolio namun juga sebagai media untuk mengekspresikan diri.
(Danang Respati Wicaksono / HUMAS UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432