Jakarta, 24 Oktober 2025 - Sastra merupakan salah satu jendela masyarakat untuk memahami dunia. Selain itu, sastra juga menawarkan berbagai sudut pandang kehidupan yang cederung relatable melalui pengemasan dalam sebuah karya tulis. 

Sastra juga memainkan peran sebagai sebuah karya yang dapat memberikan motivasi kepada para pembaca melalui penyampaian narasi yang relatable terhadap kehidupan, dan narasi yang menggugah critical thinking sekaligus meninggalkan kesan mendalam bagi para pembaca. 

Mengacu pada hal tersebut, sudah tidak mengherankan mengapa karya sastra juga memiliki nilai filosofi menarik, seperti salah satunya Metamorfosis, salah satu karya sastra yang dikarang Franz Kafka mengenai alienasi dan stratifikasi sosial pada tahun 1915 lalu. Menilai pentingnya sastra dalam membuka pintu kehidupan dan sosial budaya, Program Studi Sastra Inggris Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) telah berhasil mempublikasikan buku menarik berjudul “The Long Way Back”. 

Menurut salah satu dosen Program Studi Sastra Inggris UNDIRA, ibu Nor Islafatun, M.Hum., “The Long Way Back”, merupakan sebuah kompilasi dari berbagai ide kreatif mahasiswa Sastra Inggris mata kuliah Creative Writing yang berhasil dibukukan. 

Ibu Nor Islafatun, M.Hum., kemudian menambahkan bahwa karya “The Long Way Back” merupakan sebuah cerita pendek (short story) yang merefleksikan kondisi sosial masyarakat saat ini, terutama dari segi lingkungan. Beliau juga menyatakan bahwa karya tersebut dapat menjadi dorongan, baik bagi mahasiswa maupun dosen, untuk meningkatkan kepekaan mereka terhadap berbagai isu sosial yang ada saat ini, termasuk masalah lingkungan yang diangkat dalam cerita itu.

Salah satu mahasiswa Program Studi Sastra Inggris yang juga merupakan representatif dari tim kreatif dibalik buku “The Long Way Back”, Jovial Sebastian Paranga menyatakan bahwa buku tersebut meskipun terkesan distopian, pada dasarnya bukanlah demikian. 

“Meskipun terkesan distopian dari sampulnya, buku ini berisi cerita tentang isu lingkungan dan ekologis yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Buku ini tidak hanya merupakan karya saya, namun merupakan penuangan ide kolektif dari 24 mahasiswa melalui 24 cerpen yang berbeda. Buku ini, meskipun menyangkut satu tema utama, memiliki pembahasan mendalam dari penggabungan sudut pandang berbeda, sehingga menghasilkan sebuah karya yang kaya perspektif.” ujarnya.

Jovial mengungkap bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi tim selama penulisan buku adalah pengarahan alur cerita serta penyesuaian Bahasa Inggris yang tepat agar mudah dimengerti oleh semua pembaca. Beliau berlanjut dengan menyatakan bahwa ke depannya, jika memungkinkan, beliau beserta tim berniat untuk kembali berkarya bersama dengan mengusung tema yang berbeda.

Sesungguhnya karya sastra merupakan warisan sekaligus pondasi kemanusiaan. Melalui narasinya, kita tidak hanya belajar tentang kehidupan, tetapi kita merasakan kemanusiaan itu sendiri—empati terhadap sesama, kegelisahan akan ketidakadilan, dan kepekaan terhadap lingkungan, seperti yang terangkum dalam "The Long Way Back".

Di tengah gempuran modernitas yang serba instan, peran Sastra Inggris menjadi krusial. Peluncuran buku ini menjadi bukti nyata fungsi vital Sastra Inggris: sebagai sarana untuk berpikir kritis, merasa lebih dalam, dan yang terpenting, menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan lingkungan melintasi batas-batas budaya, memastikan bahwa suara kita didengar dalam percakapan global.