Memahami atau Menghafal: Manakah yang Lebih Baik Buat Belajar Mahasiswa
.jpg)
Dalam lingkungan Pendidikan Tinggi, mahasiswa seringkali dihadapkan pada pilihan strategi belajar yang tepat untuk menyerap informasi secara efektif. Dua pendekatan utama yang paling sering dibandingkan adalah menghafal dan memahami. Namun, metode manakah yang sebetulnya lebih efektif untuk mendukung proses belajar?
Jawabannya bisa sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti waktu belajar, suasana hati, jenis materi, keterkaitan emosional terhadap topik, serta kapasitas ingatan masing-masing individu. Ada mahasiswa yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menghafal informasi dengan cepat dan akurat. Dalam konteks ini, menghafal merupakan proses menyimpan informasi secara lisan maupun tulisan, dan tetap menjadi bagian penting dalam proses belajar.
Menariknya, sejumlah penelitian di bidang Biologi menyebutkan bahwa aktivitas menghafal dapat melatih sistem saraf dan memperkuat jaringan neuro di otak. Fungsi ini juga berkaitan erat dengan bagian otak bernama hippocampus, yang bertanggung jawab dalam pengaturan emosi dan memori jangka panjang. Maka tak heran jika menghafal tetap dianggap berguna dalam aspek tertentu.
Contoh penerapan menghafal dapat terlihat jelas pada ujian praktikum di jenjang pendidikan menengah, ketika akses terhadap buku atau internet dilarang. Dalam situasi seperti ini, siswa dilatih untuk mengingat informasi tanpa bantuan eksternal. Bahkan di perguruan tinggi, kemampuan menghafal masih dibutuhkan, khususnya dalam bidang studi seperti kedokteran (menghafal fungsi dan letak anatomi tubuh), hukum (pasal dan undang-undang), serta sastra (berupa kosakata atau kutipan karya).
Meski begitu, mengandalkan hafalan tanpa pemahaman yang mendalam tentu menimbulkan risiko. David Ausubel (1963) dalam teorinya tentang pembelajaran bermakna menegaskan bahwa informasi yang dipahami akan bertahan lebih lama dalam ingatan jangka panjang, dan lebih mudah diaplikasikan dalam situasi nyata. Hal ini juga dipengaruhi oleh emosi, konteks, dan pengalaman belajar itu sendiri. Hafalan bisa saja efisien dalam jangka pendek, tetapi tetap memiliki potensi untuk dilupakan seiring waktu—terlepas dari usia dan intensitas belajar.
Kelemahan utama dari metode menghafal terletak pada aspek penalaran (reasoning). Mahasiswa yang hanya menghafal materi akan cenderung kaku dalam menjawab pertanyaan analitikal, terutama saat dihadapkan pada pertanyaan berbasis studi kasus atau analisis. Mereka hanya menguasai informasi di tingkat permukaan (surface level), bukan pada konteks menyeluruh. Situasi seperti ini kerap ditemui dalam forum akademik yang menuntut argumentasi bebas, termasuk dalam sidang skripsi. Di momen seperti itu, pendekatan hafalan bisa menjadi bumerang.
Sebaliknya, memahami materi memungkinkan mahasiswa mengaitkan konsep lintas disiplin, mengembangkan pemikiran orisinal, serta menerapkan teori dalam praktik nyata. Pemahaman mendorong keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi akademik yang lebih matang. Salah satu strategi efektif yang bisa dipraktekkan adalah kombinasi antara active recall dan spaced repetition—yakni menghafal sambil menguji diri secara aktif dan mengulang materi secara bertahap—disertai diskusi atau penerapan langsung dalam tugas.
Tentu, dosen dan institusi pendidikan juga memiliki peran besar dalam menciptakan ekosistem belajar yang mendorong pemahaman. Kurikulum yang berbasis diskusi, studi kasus, proyek kolaboratif, dan penilaian naratif akan jauh lebih membangun pola pikir analitis dibanding sistem evaluasi yang sekadar menguji hafalan.
Pada akhirnya, walau menghafal bisa lebih cepat dan menghemat energi berpikir dalam jangka pendek, mahasiswa tetap perlu menguasai materi secara mendalam. Sejalan dengan nilai-nilai Universitas Dian Nusantara (UNDIRA)—Visioner, Integritas, dan Profesional—setiap mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mampu menjawab, tetapi juga berpikir kritis, memecahkan masalah, dan menunjukkan kapasitas akademik serta moral sebagai insan masa depan dan arsitek peradaban bangsa.
(Sekar Ayu / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id

Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432