"Satu hidup dengan kemungkinan tak terhingga. Life is a choice, and you must make it right." Hidup adalah rangkaian pilihan. Layaknya bermain rubik atau catur, setiap individu ditantang untuk berpikir strategis demi meraih hasil terbaik. Di balik setiap keputusan, terselip konsekuensi—dan di sanalah opportunity cost atau biaya peluang menjadi penting untuk dikenali.

Secara umum, opportunity cost merujuk pada nilai dari alternatif terbaik yang harus dilepaskan saat memilih suatu tindakan. Konsep ini tidak hanya berkaitan dengan uang, tetapi juga mencakup waktu, tenaga, hingga kebahagiaan yang dikorbankan demi manfaat jangka panjang—seperti memilih untuk belajar, bekerja, atau mengembangkan diri. Pertanyaan sederhana seperti, “Apakah lebih baik mengikuti seminar atau menonton konser?” menjadi contoh nyata bagaimana pertimbangan ini berlaku dalam kehidupan mahasiswa.

Terlepas dari sekadar efisiensi dan efektivitas, opportunity cost menanamkan dua pembelajaran penting:

1. Membantu Mengambil Keputusan yang Rasional dan Visioner
Di era penuh distraksi dan godaan konsumtif, kemampuan membedakan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) menjadi krusial. Mahasiswa yang memahami konsep ini akan cenderung berpikir dua langkah ke depan, lebih bijak dalam mengelola sumber daya pribadi, serta siap menghadapi dunia kerja dengan prinsip efisiensi dan ketepatan strategi.

2. Meningkatkan Kesadaran akan Self-Control
Menahan diri dari kesenangan sesaat—seperti gadget baru atau liburan mewah—dapat membuka jalan bagi investasi pribadi yang berdampak panjang. Meski awalnya terasa sepi atau membosankan, pilihan ini dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan di masa depan, asalkan dijalani dengan konsistensi dan pengelolaan waktu yang baik.

Bayangkan sebuah konser besar, penuh semangat dan euforia, tempat anda bernyanyi bersama ribuan orang. Emosi yang dirasakan tentu menyenangkan. Namun jika waktu itu digunakan untuk seminar atau kerja produktif, dampaknya mungkin jauh lebih berharga dalam jangka panjang. Maka muncul pertanyaan reflektif: apakah kebahagiaan sesaat sebanding dengan manfaat jangka panjang? Jawabannya tentu tergantung pada prioritas masing-masing.

Memahami opportunity cost bukan berarti menolak hiburan ataupun pelit, tetapi menjadi sadar akan kapan harus menikmati waktu, dan kapan perlu membangun masa depan. Kesadaran inilah yang membentuk karakter tangguh dan adaptif, khususnya bagi mahasiswa yang tengah menata arah hidupnya.

Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) sebagai institusi yang menjunjung nilai visioner, integritas, dan profesionalisme, turut mendorong mahasiswa menjadi pribadi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga bijak dalam menentukan pilihan. Melalui Biro Kemahasiswaan dan Biro Pengembangan Karir dan Alumni, UNDIRA menghadirkan berbagai program seperti webinar, pelatihan soft skill, hingga pengembangan kewirausahaan dan organisasi kemahasiswaan. Program seperti Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa), Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) , dan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menjadi wadah bagi mahasiswa untuk bertumbuh secara personal dan profesional, agar mereka dapat meraih penggunaan waktu yang optimal.

Dengan inisiatif tersebut, mahasiswa UNDIRA tidak hanya berkembang di ruang kelas, tetapi juga berkontribusi dan berprestasi dalam berbagai ajang kompetisi, baik di tingkat antar universitas maupun nasional, melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Akhirnya, pertanyaan sederhana namun penting muncul: apakah Anda ingin nyaman sekarang, atau memilih bersabar untuk kebahagiaan yang lebih besar kelak? Generasi Z, termasuk mahasiswa UNDIRA, punya kesempatan untuk melangkah dua sampai lima kali lebih jauh—selama mereka memahami nilai dari setiap keputusan yang mereka ambil.

(Danang Respati Wicaksono / Humas UNDIRA)