Jika Brand Bisa Berbicara, Apa Cerita yang Ia Bawa?: Brand Tone of Voice dalam Identitas Produk di Era Digital
.jpg)
Di era digital yang serba cepat, identitas sebuah merek tak lagi hanya dilihat dari logo atau produk fisiknya. Yang semakin penting justru bagaimana merek “berbicara” — melalui kata-kata, nada, dan cara penyampaiannya. Suara brand kini menjadi elemen strategis dalam menciptakan citra, membangun kedekatan, dan menumbuhkan loyalitas audiens. Untuk itu, tiga aspek utama dalam komunikasi brand—nada bicara (tone), gaya bahasa, dan diksi—perlu dipahami sebagai pilar yang membentuk persepsi publik secara menyeluruh.
Transformasi media digital telah menggeser peran brand dari yang dulunya bersifat satu arah menjadi dua arah dan dialogis. Merek harus terlibat secara aktif dalam percakapan publik. Seperti yang dijelaskan oleh Michael Brito (2013), strategi bisnis sosial adalah “rencana aksi untuk menghubungkan inisiatif internal dan eksternal demi menghasilkan organisasi yang kolaboratif dan bernilai bagi semua pihak.” Merek tak lagi bisa hanya mengedukasi; ia harus juga mendengarkan dan berinteraksi.
Nada bicara adalah ekspresi emosional yang mewakili sikap merek dalam berkomunikasi. Ia mencerminkan bagaimana merek ingin “terdengar” — hangat, profesional, optimistis, atau bahkan jenaka. Menentukan tone yang sesuai berarti menyesuaikan komunikasi dengan karakteristik audiens. Dalam konteks generasi Z yang akrab dengan gaya komunikasi yang lebih spontan dan emosional, tone yang terlalu formal atau kaku bisa menciptakan jarak.
Dalam kajian Jennifer Aaker (1997), tone juga menjadi refleksi dari brand personality, yaitu kepribadian merek yang dibangun melalui lima dimensi: sincerity, excitement, competence, sophistication, dan ruggedness. Suara merek yang konsisten akan memperkuat dimensi ini secara psikologis dalam persepsi audiens.
Gaya bahasa mempengaruhi bagaimana pesan dipersepsikan dan diresapi oleh audiens. Gaya bahasa dapat bersifat naratif, reflektif, persuasif, atau informatif, tergantung pada tujuan pesan dan konteks audiens. Brand yang menyasar konsumen muda, misalnya, dapat menggunakan bahasa yang ringan dan relevan secara sosial untuk membangun kedekatan emosional. Namun, tetap diperlukan konsistensi agar gaya bahasa tidak menyimpang dari nilai-nilai inti brand itu sendiri.
Pemilihan kata (diksi) mempengaruhi seberapa mudah pesan dapat dipahami, diterima, dan diingat. Diksi yang sederhana dan inklusif dapat menjangkau audiens yang lebih luas, sementara diksi yang teknis atau formal hanya efektif pada konteks tertentu. Dalam dunia digital yang kompetitif, kejelasan dan relevansi pesan menjadi kunci utama dalam menarik perhatian sekaligus membangun kredibilitas.
Nada bicara, gaya bahasa, dan diksi adalah tiga elemen yang saling memperkuat dan membentuk suara merek secara menyeluruh. Ketiganya harus dikelola secara konsisten agar komunikasi brand terasa utuh, autentik, dan dapat dipercaya. Komunikasi yang baik bukan hanya soal “apa” yang disampaikan, tetapi juga “bagaimana” cara menyampaikannya.
Bagi mahasiswa, khususnya yang bergerak di bidang komunikasi, bisnis, desain, dan pemasaran, pemahaman ini sangat relevan. Dalam era personal branding dan ekonomi kreatif, mahasiswa tidak hanya dituntut menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen pesan yang mampu berbicara atas nama brand, komunitas, maupun dirinya sendiri.
Brand yang sukses di era digital bukanlah yang paling lantang, tetapi yang paling nyambung. Melalui pengelolaan tone, gaya bahasa, dan diksi yang tepat, merek — dan individu — dapat menciptakan suara yang bukan hanya terdengar, tetapi juga dikenang. Dan bagi mahasiswa, keterampilan ini bukan hanya berguna untuk memahami dunia kerja, tetapi juga untuk membangun identitas digital yang lebih sadar, cerdas, dan bermakna.
(Kornelia Johana Dacosta / Humas UNDIRA)
Press Contact :
Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara
Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id
Lainnya

Strategi Manajemen Proyek untuk Mengatasi Kendala Waktu dan Biaya: Critical Path Method dan Time Cost Trade Off
Read more.jpg)
Kartini Masa Kini: Semangat Kartini untuk Perempuan Generasi Z: Tantangan Beda, Semangat Tetap Sama
Read more
Mahasiswa Baru UNDIRA Mengikuti Materi Pengembangan Karakter, Etika Bermedia Sosial, hingga Wawasan Kebangsaan di PKKMB Hello Campus 2023 - Day 2
Read more
Kampus Tanjung Duren
Jln. Tanjung Duren Barat II No. 1
Grogol, Jakarta Barat. 11470
Kampus Green Ville
JIn. Mangga XIV No. 3
Kampus Cibubur
Jln. Rawa Dolar 65
Jatiranggon Kec. Jatisampurna, Bekasi. 17432