Tidak terasa bulan Ramadhan telah berjalan selama 14 hari, bulan penuh dengan keberkahan tersebut tentunya merupakan kesempatan bagi umat muslim untuk tidak hanya berbuat baik kepada orang lain namun juga melakukan refleksi diri demi menjadi insan yang lebih berkualitas. Dalam Bulan Ramadhan, manusia diajarkan untuk menerima kesederhanaan dalam kehidupan. 

Dalam ceramah yang diberikan oleh bpk. Ahmad Fariz BQ., Lc., M.Si., pada kegiatan Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) Berbagi Berkah yang telah dilaksanakan di kampus Cibubur, Jatisampurna, Bekasi pada 11 Maret 2025, beliau mengangkat tema utama yakni ‘Bersyukur dan Manfaat Kesederhanaan’.

Beliau menjelaskan bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan berkah. Namun pada zaman digital dimana validasi merupakan hal utama yang dilirik banyak masyarakat, lantas beliau kembali bertanya “Sebenarnya apa itu bersyukur?”. 

Bpk. Ahmad Fariz menekankan bahwa rasa syukur merupakan konsep penerimaan segala bentuk karunia serta nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, baik besar maupun kecil. Beliau melanjutkan bahwa manusia saat ini sedang hidup pada zaman defisit keberkahan. Semakin seseorang bergerak untuk mengejar target kehidupan yang lebih besar, maka kelak dia akan semakin terbawa arus pemikirannya sendiri. 

“Janganlah korbankan hidup anda untuk mengejar angka. Mari kita pikirkan, jika kita nilai segala sesuatu berdasarkan angka, sejauh apa kita dapat mengejar angka tersebut?”, ujar beliau. Bpk. Ahmad Fariz mengajak seluruh peserta serta para tamu undangan untuk sekali lagi melakukan refleksi diri terhadap budaya modernisasi yang terlalu mengedepankan pandangan materialistik. 

Tidak semua hal dapat didasarkan pada hal duniawi dan transaksional. Pertemanan, kekeluargaan, dan bahkan hubungan antar pasangan harus dilandaskan rasa syukur. Menurut beliau bersyukur kelak akan membawa kehidupan menuju Sakinah, Mawadah, dan Warahmah.

Beliau menceritakan singkat kisah salah satu tokoh sejarah Islam sekaligus Reformator utama pemerintahan pusat Umayyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang hanya meninggalkan uang warisan sebesar 19 Dirham pada setiap 13 anak laki-lakinya. Namun Abdul Malik, anak pertama dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz berhasil meKndonasikan sebanyak 100 ekor kuda pada usia dewasa, untuk digunakan para tentara demi berjuang di jalan Allah atau Jihad Fisabilillah. Meskipun hanya dengan 19 Dirham, Abdul Malik berhasil membuktikan bahwa harta tidak menjadi nilai mutlak kesuksesan dan takdir manusia. 

Kisah tersebut mengajarkan bahwa kesederhanaan yang diimbangi dengan usaha dan apresiasi, nantinya akan berbuah baik pada waktunya. 

Allah SWT dapat memberitahukan kekuasaannya terhadap hukum dan mengajarkan kita terhadap bagaimana cara mengapresiasi kehidupan dengan memutar balikan sebab-akibat. Semakin besar seseorang mengejar sebab akibat demi mengontrol kehidupan, maka semakin stress pula pikiran orang tersebut. Kesederhanaan dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan sesuai dengan porsinya masing-masing tanpa harus memikirkan dengan berlebihan bagaimana mengontrol hidup secara keseluruhan.

Dengan melakukan puasa di bulan Ramadhan, tidak hanya manusia dilatih untuk menahan dahaga serta lapar - manusia juga dilatih untuk menahan nafsu, ambisi berlebihan dan kerakusan duniawi. Yakinlah bahwa setiap rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Kesederhanaan merupakan nilai sesungguhnya dalam kehidupan, apresiasilah hal terkecil untuk melihat dunia yang lebih terang. 

(Sekar Ayu / Humas UNDIRA)

Press Contact :

Biro Humas & Sekretariat Universitas Dian Nusantara

[email protected]

Facebook : www.facebook.com/undiraofficial
Instagram : www.instagram.com/undiraofficial
Twitter : www.twitter.com/undiraofficial
www.undira.ac.id