Berakhirnya acara wisuda ke-2 sekaligus Dies Natalis ke-5 Universitas DIan Nusantara menandakan berangkatnya mahasiswa UNDIRA dari kampus dengan membawa kebanggaan bagi dirinya, universitas beserta orang tua mereka. Melalui berbagai tantangan dari perjalanan perkuliahan sampai dengan manajemen waktu, tentunya mahasiswa UNDIRA telah membangun skill set terkait decision making dan managerial skills. Namun nyatanya diluar terdapat berbagai keadaan tak terduga yang patut diamati secara seksama baik diluar maupun di dalam dunia kerja atau hati masing-masing.

Selain melaksanakan kehidupan di momen yang sedang berjalan, seseorang disarankan mempunyai kemampuan untuk memikirkan rencana atau plan untuk sepuluh atau bahkan dua-puluh tahun kedepan. Hal tersebut tentunya sangat bermanfaat terlebih lagi pada kurun waktu yang sangat penuh dengan turbulensi seperti masa industri 4.0 dimana terdapat pendorongan terhadap riset serta integrasi berbasis AI, Inflasi, Deflasi, Resesi Sosial, dan sebagainya sedang terjadi secara beruntun. 

Dalam hal ini perlu diingat bahwa memikirkan kehidupan untuk masa depan TIDAK sama dengan konsep overthinking. Dalam acara Wisuda Kedua Universitas Dian Nusantara, Bapak Ir. Bagus Setiawan, MBA., selaku Staf Ahli Direksi PT PLN (Persero) dan PT Energi Primer Indonesia (Persero) menyempatkan dirinya untuk berbagi beberapa nasihat terkait dengan melihat dan memprediksi masa depan melalui orasi ilmiahnya yang berjudul “Transformasi Mindset dan Membangun Generasi Visioner dan Adaptif Untuk Kemandirian di Era Digital”. 

Melalui sesi pembicaraannya, Bapak Ir. Bagus Setiawan menyampaikan bahwa saat pertama bekerja, beliau mendapatkan arahan mengenai konsep foresighting (memprediksi) yang pada awalnya tidak terlalu dimengerti oleh beliau secara keseluruhan. Melalui seniornya yang menyampaikan bahwa “Foresight, Foresight dan Foresight” beliau mencoba memahami apakah makna dibalik konsep tersebut dan mengapa kerap memiliki repetisi. 

“Dalam hidup, kita harus melihat apa yang tidak dilihat dan membaca apa yang tidak tertulis” - ujar Bapak Ir. Bagus Setiawan

Lantas setelah seseorang mengetahui arus hidup secara eksternal, mereka pasti akan bertanya; ‘saya ingin menjadi seperti apa?’ dan ‘kemana saya akan berlari?’. Sebelum memikirkan perencanaan hal inilah yang harus dipikirkan demi memberikan motivasi kepada diri bahwa hidupmu memiliki arti. Inipun selaras dengan pemikiran Jepang pada abad 21, Ikigai yang memiliki pemaknaan (iki te iru) “untuk hidup” atau “untuk bangun”. Hidup selain dijalani dengan sistematis juga memerlukan dorongan hati yang memotivasi “kenapa kita masih bangun di pagi hari” atau “kenapa kita masih bernafas hari ini”, yang bertujuan mengetahui apakah makna dari kegiatan yang dijalankan seseorang dan untuk mengapa mereka menjalaninya.

Melalui banyaknya trend yang menciptakan gratifikasi instan, seseorang cenderung melewati berbagai pertanda gejolak yang terjadi di sekelilingnya. Hal ini ditambah pula dengan berbagai tekanan sosial yang harus dihadapi para Generasi Z. Dalam orasi ilmiah tersebut, dijelaskan bahwa Foresighting dan Forecasting merupakan kunci penting untuk memajukan seseorang. Hal itu dimulai dari analisis proyeksi perubahan ekosistem di masa depan dan dilanjutkan dengan memposisikan berbagai strategi yang dapat diterapkan dalam skenario tertentu. Evaluasi data yang telah didapat juga menjadi fokus dalam perencanaan karena sebuah kegiatan tidak dapat dilakukan berdasarkan tebakan semata. 

Hanya mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat dan efektif yang akan bertahan," ujarnya. Ia juga berpesan agar para lulusan tidak hanya memiliki rencana, tetapi juga tekad dan usaha untuk mewujudkannya, karena rencana tanpa aksi tidak akan mengubah apapun. Namun perlu diketahui bahwa dengan mengetahui emosi dan rasa sayang kepada apa yang dilakukan, seseorang akan secara keseluruhan dapat menciptakan langit cerahnya dalam kehidupan.